"Sesungguhnya telah ada pada (diri) رسول الله itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) لله dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut لله." (Q.S. Al-Ahzab: 21)
محمّد رسول الله, seorang pribadi yang mulai, sosok teladan yang sempurna. Dan apabila berbicara mengenai رسول الله, maka tak cukup rasanya untuk membicarakan kesempurnaan akhlak beliau dalam note ini. Mungkin hanya akan sedikit dibicarakan beberapa akhlaqnya yang luar biasa.
Awal kenabian beliau diawali pada suatu malam di bulan Ramadhan, ketika beliau sedang menyendiri di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, Bukit Cahaya untuk memikirkan keadaan masyarakat Mekkah, lalu datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama. Lembaran Risalah Suci pun bermula.
Lalu, kembali ke rumahnya, beliau menggigil kedinginan atas apa yang dialaminya dan beliau pun diselimuti.
Di balik selimut ia ditegur oleh Surah Al-Mudatsitr untuk kembali berdiri dan memberi peringatan.
Dan bermulalah kehidupan رسول الله
Menyampai amanah
Dari Tuhan yang memerintah cakrawala
Ditaat disembah
Lalu, banyak cobaan berat yang menghampirinya untuk menyampaikan risalah suci ini, beliau disakiti! beliau di lempari kotoran ternak! beliau dimusuhi! demi tegaknya agama ini!
Di saat sang paman yang melindunginya, Abu Thalib hampir menyerah untuk melindunginya, dan menyarankan agar beliau menuruti kaum kafir Quraisy, sebuah kalimat keimanan yang agungterucap dari mulut beliau,
Beliau adalah Al-Amin, "Yang Terpercaya", beliaulah yang berhasil menyelesaikan masalah Hajar Aswad yang hampir mengakibatkan perang saudara sesama Suku Quraisy. Tetangganya begitu tentram, aman dari gangguan lisan dan tangan sebagaimana yang ia sabdakan. Bahkan unik, saat beliau dimusuhi di Mekkah, sampai saat ia hijrah, penduduk Mekkah yang memusuhinya pun masih percaya untuk menitipkan barang-barang mereka kepada beliau. Al-Amin, gelar tak sekedar gelar.
Beliau adalah teman duduk yang mengasyikkan. Candanya tak dibumbui dusta. "Wahai Pemilik Dua Telinga!" panggilan paling lucu di arab yang pernah membuat sahabat tergelak ini pernah diserukan kepada Azzubair. Penampilannya sederhana, tak ingin berbeda dari sahabatnya. Tetapi tetap saja beliau selalu rapi, wangi, dan menyejukkan mata. Beliau tidak suka orang-orang berdiri menyambut kedatangannya, beliaulah yang pertama menjenguk apabila ada yang sakit, duduk bersama kaum miskin, dan memenuhi undangan kaum sahaya.
Beliau adalah orang besar, tak ada yang membantah. Di usia dua belas tahun menjadi manajer unit usaha perdagangan internasional Abu Thalib sampai ke Syam, dan dialaha sales yang menjadi kunci sukses kafilah dagang dengan kejujurannya. Usia duapuluhan tahun menjadi pengelola utama bisnis yang diinvestasikan Khadijah. Dia, entrepreneur dengan sifat nabawi: shiddiq (jujur), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); sifat-sifat yang menjadi rujukan teori entrepreneurship modern.
Beliau adalah panglima perang yang agung, administrator militer tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di Madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri di sampinh 300-an sariyah (detasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Napoleon Bonaparte ataupun George Washington pun tak ada yang dapat menyamainya.
Beliau adalah orator dengan daya tahan sekaligus daya mempertahankan massa yang luar biasa. Menjelang wafat, beliau pernah berkhutbah setelah Shubuh sampai Dzuhur, dilanjutkan lagi sampai Ashar, lalu dilanjutkan lagi sampai Maghrib, tanpa ada seorang pun yang merasa bosan, tertidur, mengantuk, bahkan bersuara kecuali untuk memenuhi seruan beliau. Bahkan sebagaimana yang dituturkan Tsauban dalam haditsnya, para sahabat begitu terbawa suasana sendu, semua mencucurkan air mata, seolah khutbah itu merupakan salam perpisahan dari sang kekasih tercinta. Apakah seorang Soekarno -yang dianggap sebagai orator yang hebat- dapat menyamainya?
Pemimpin besar ini, amat besar rasa malunya. Kalau dalam kepungan Ahzab (perang Khandaq) sahabat hanya mengganjal perutnya dengan satu batu, tetapi beliau mengganhal perutnya dengan dua batu. Tapi di sat itulah, di sat, keadaan paling genting, ketika Madinah terjepit menunggu sapuan pasukan sekutu 'Ahzab', beliau adalah orang yang paling tenang dan menenangkan, bahkan memberikan motivasi dengan sesuatu yang 'mustahil' menurut pertimbangkan akal.
Al-Barra bin 'Adzib, menceritakan hari-hari sulit saat penggalian Khandaq, "Di saat kami menggali parit, di beberapa tempat, terdapat batu-batu besar yang tidak dapat hancur oleh cangkul. Sehingga dilaporkanlah hal itu kepada رسول الله. Beliau datang, mengambil cangkul, dan bersabda, "bismillah", lalu beliau pun menghantamkan cangkul itu dengan sekali hantaman sehingga memercikan api.
"Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi لله, aku benar-benar melihat istananya tang bercat merah saat ini." Lalu beliau menghantam bagian batu yang lain, dan kembali bersabda, "Allahu Akbar! Aku diberi tanah Persia. Demi لله, aku dapat melihat istana Mada'in yang berwarna putih saat ini." Dan ketiga kalinya beliau bersabda, "Allahu AKbar! Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi لله, dari tempat ini aku bisa melihat pintu gerbang-pintu gerbang Shan'a!"
Dan, begitulah, kemuliaan terus-menerus mengiringi setiap langkah رسول الله sejak sebelum nubuwwah.
Lalu apa sebenarnya yang didustakan oleh kaum Musyrikin dari beliau?
"mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat لله" (Q.S. Al-An'am: 33)
Luhur budi pekerti رسول الله membuat kagum sebagian tokoh non-muslim.
Thomas Sarlyle (1795-1881) seorang sejarawan dan penulis essay asal Skotlandia, menulis,
Gustave Lebon, seorang sejarawan besar mengatakan,
Lamartine (1790-1869), seorang sastrawan dan filsuf besar Perancis, mengatakan,
Subhanallah.
Dalam kehidupan rumah tangga pun, beliau sungguh luar biasa, pernah suatu saat, Anas bin Malik berkata, "Sepuluh tahun aku berada di rumah رسول الله, dan selama itu pun aku tidak pernah mendengar perkataan kasar dan pertengkaran."
Beliau juga seorang suami yang sangat mencintai istrinya, beliau memanggil Aisyah dengan sebutan Khumaira (yang kemerahan roman mukanya), 'Aisy ('Aisyah Kecil) dan panggilan sayang lainnya di dalam
rumah. Di sela masa sibuknya memimpin kaum muslimin, beliau sempat menambal baju, membersihkan terompah, dan menggiling tepung serta memerah susu untuk santapannya.
Beliau tidak kaku, begitu luwes pemimpin besar ini menjadi ayah yang menimang Ibrahim sang putra. "Lihatlah 'Aisy, bukankah Ibrahim mirip denganku?" tanyanya suatu ketika. Ketika Ibrahim dipanggil oleh Allah, beliau dalam posisi sebagai ayah yang penyayang, mengatakan, "Mengalir air mata bersedih hati, namun kami tak mengatakan yang Allah murkai, dan sungguh dengan kematianmu wahai Ibrahim, kami begitu bersedih." (HR Muslim)
Bahkan pada saat beliau wafat, kesedihan besar melanda kaum muslimin, sampai-sampai Bilal bin Rabah, sang Muadzin pertama, meminta izin kepada Abu Bakr agar tidak lagi mengumandangkan adzan. Karena, pada saat sampai pada kalimat "Asyhadu Anna محمّد..." Bilal tak kuasa menahan tangisnya atas kepergian orang yang amat dicintainya. Tetapi, pada suatu saat, Bilal kembali mengumandangkan adzan pada saat sampai pada kalimat tadi, maka seketika orang-orang yang mendengarnya pun menangis, teringat akan رسول الله, orang yang amat dicintainya.
Begitulah, رسول الله, seorang yang mulia...
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
'Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenanganmu
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Kami rindu padamu
Allahumma sholli 'alaa محمّد
Ya Robbi sholli 'alaihi wassalim
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu
Kutahu cintamu kepada ummat
Umati umati
Kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafa'atkan kami
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Kurniakanlah syafa'atmu
Sumber:
Alquran
Hadis
Gue Never Die (Salim A. Fillah)
Proud To Be Moslem (Alwi Alatas)
محمّد رسول الله, seorang pribadi yang mulai, sosok teladan yang sempurna. Dan apabila berbicara mengenai رسول الله, maka tak cukup rasanya untuk membicarakan kesempurnaan akhlak beliau dalam note ini. Mungkin hanya akan sedikit dibicarakan beberapa akhlaqnya yang luar biasa.
Awal kenabian beliau diawali pada suatu malam di bulan Ramadhan, ketika beliau sedang menyendiri di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, Bukit Cahaya untuk memikirkan keadaan masyarakat Mekkah, lalu datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama. Lembaran Risalah Suci pun bermula.
Lalu, kembali ke rumahnya, beliau menggigil kedinginan atas apa yang dialaminya dan beliau pun diselimuti.
Di balik selimut ia ditegur oleh Surah Al-Mudatsitr untuk kembali berdiri dan memberi peringatan.
Dan bermulalah kehidupan رسول الله
Menyampai amanah
Dari Tuhan yang memerintah cakrawala
Ditaat disembah
Lalu, banyak cobaan berat yang menghampirinya untuk menyampaikan risalah suci ini, beliau disakiti! beliau di lempari kotoran ternak! beliau dimusuhi! demi tegaknya agama ini!
Di saat sang paman yang melindunginya, Abu Thalib hampir menyerah untuk melindunginya, dan menyarankan agar beliau menuruti kaum kafir Quraisy, sebuah kalimat keimanan yang agungterucap dari mulut beliau,
Demi لله! Sekalipun matahari berada tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, niscaya aku tidak akan meninggalkan dakwah ini hingga agama ini tegak atau aku mati karenanya
Beliau adalah Al-Amin, "Yang Terpercaya", beliaulah yang berhasil menyelesaikan masalah Hajar Aswad yang hampir mengakibatkan perang saudara sesama Suku Quraisy. Tetangganya begitu tentram, aman dari gangguan lisan dan tangan sebagaimana yang ia sabdakan. Bahkan unik, saat beliau dimusuhi di Mekkah, sampai saat ia hijrah, penduduk Mekkah yang memusuhinya pun masih percaya untuk menitipkan barang-barang mereka kepada beliau. Al-Amin, gelar tak sekedar gelar.
Beliau adalah teman duduk yang mengasyikkan. Candanya tak dibumbui dusta. "Wahai Pemilik Dua Telinga!" panggilan paling lucu di arab yang pernah membuat sahabat tergelak ini pernah diserukan kepada Azzubair. Penampilannya sederhana, tak ingin berbeda dari sahabatnya. Tetapi tetap saja beliau selalu rapi, wangi, dan menyejukkan mata. Beliau tidak suka orang-orang berdiri menyambut kedatangannya, beliaulah yang pertama menjenguk apabila ada yang sakit, duduk bersama kaum miskin, dan memenuhi undangan kaum sahaya.
Beliau adalah orang besar, tak ada yang membantah. Di usia dua belas tahun menjadi manajer unit usaha perdagangan internasional Abu Thalib sampai ke Syam, dan dialaha sales yang menjadi kunci sukses kafilah dagang dengan kejujurannya. Usia duapuluhan tahun menjadi pengelola utama bisnis yang diinvestasikan Khadijah. Dia, entrepreneur dengan sifat nabawi: shiddiq (jujur), amanah (kapabel), fathanah (smart), dan tabligh (informatif); sifat-sifat yang menjadi rujukan teori entrepreneurship modern.
Beliau adalah panglima perang yang agung, administrator militer tak ada bandingannya dalam sejarah. Sepuluh tahun di Madinah, 30-an ghazwah beliau pimpin sendiri di sampinh 300-an sariyah (detasemen) yang beliau bentuk dan berangkatkan. Napoleon Bonaparte ataupun George Washington pun tak ada yang dapat menyamainya.
Beliau adalah orator dengan daya tahan sekaligus daya mempertahankan massa yang luar biasa. Menjelang wafat, beliau pernah berkhutbah setelah Shubuh sampai Dzuhur, dilanjutkan lagi sampai Ashar, lalu dilanjutkan lagi sampai Maghrib, tanpa ada seorang pun yang merasa bosan, tertidur, mengantuk, bahkan bersuara kecuali untuk memenuhi seruan beliau. Bahkan sebagaimana yang dituturkan Tsauban dalam haditsnya, para sahabat begitu terbawa suasana sendu, semua mencucurkan air mata, seolah khutbah itu merupakan salam perpisahan dari sang kekasih tercinta. Apakah seorang Soekarno -yang dianggap sebagai orator yang hebat- dapat menyamainya?
Pemimpin besar ini, amat besar rasa malunya. Kalau dalam kepungan Ahzab (perang Khandaq) sahabat hanya mengganjal perutnya dengan satu batu, tetapi beliau mengganhal perutnya dengan dua batu. Tapi di sat itulah, di sat, keadaan paling genting, ketika Madinah terjepit menunggu sapuan pasukan sekutu 'Ahzab', beliau adalah orang yang paling tenang dan menenangkan, bahkan memberikan motivasi dengan sesuatu yang 'mustahil' menurut pertimbangkan akal.
Al-Barra bin 'Adzib, menceritakan hari-hari sulit saat penggalian Khandaq, "Di saat kami menggali parit, di beberapa tempat, terdapat batu-batu besar yang tidak dapat hancur oleh cangkul. Sehingga dilaporkanlah hal itu kepada رسول الله. Beliau datang, mengambil cangkul, dan bersabda, "bismillah", lalu beliau pun menghantamkan cangkul itu dengan sekali hantaman sehingga memercikan api.
"Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi لله, aku benar-benar melihat istananya tang bercat merah saat ini." Lalu beliau menghantam bagian batu yang lain, dan kembali bersabda, "Allahu Akbar! Aku diberi tanah Persia. Demi لله, aku dapat melihat istana Mada'in yang berwarna putih saat ini." Dan ketiga kalinya beliau bersabda, "Allahu AKbar! Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi لله, dari tempat ini aku bisa melihat pintu gerbang-pintu gerbang Shan'a!"
Dan, begitulah, kemuliaan terus-menerus mengiringi setiap langkah رسول الله sejak sebelum nubuwwah.
Lalu apa sebenarnya yang didustakan oleh kaum Musyrikin dari beliau?
"mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat لله" (Q.S. Al-An'am: 33)
Luhur budi pekerti رسول الله membuat kagum sebagian tokoh non-muslim.
Thomas Sarlyle (1795-1881) seorang sejarawan dan penulis essay asal Skotlandia, menulis,
Sungguh tidak mungkin محمّد itu seorang pendusta. Dan kalaupun ia berbuat dusta, dia tak akan mampu membawa agama yang menakjubkan ini.
Gustave Lebon, seorang sejarawan besar mengatakan,
Kalau seorang dinilai dari karya-karyanya, maka dapat dikatakan, bahwa محمّد adalah pribadi terbesar yang dikenal sejarah
Lamartine (1790-1869), seorang sastrawan dan filsuf besar Perancis, mengatakan,
Jika kebenaran tujuan dan kecilnya alat serta hasil-hasil yang menakjubkan merupakan tiga ukuran kebesaran manusia, siapakah yang berani membandingkan محمّد dengan orang bsar dalam sejarah modern?
Subhanallah.
Dalam kehidupan rumah tangga pun, beliau sungguh luar biasa, pernah suatu saat, Anas bin Malik berkata, "Sepuluh tahun aku berada di rumah رسول الله, dan selama itu pun aku tidak pernah mendengar perkataan kasar dan pertengkaran."
Beliau juga seorang suami yang sangat mencintai istrinya, beliau memanggil Aisyah dengan sebutan Khumaira (yang kemerahan roman mukanya), 'Aisy ('Aisyah Kecil) dan panggilan sayang lainnya di dalam
rumah. Di sela masa sibuknya memimpin kaum muslimin, beliau sempat menambal baju, membersihkan terompah, dan menggiling tepung serta memerah susu untuk santapannya.
Beliau tidak kaku, begitu luwes pemimpin besar ini menjadi ayah yang menimang Ibrahim sang putra. "Lihatlah 'Aisy, bukankah Ibrahim mirip denganku?" tanyanya suatu ketika. Ketika Ibrahim dipanggil oleh Allah, beliau dalam posisi sebagai ayah yang penyayang, mengatakan, "Mengalir air mata bersedih hati, namun kami tak mengatakan yang Allah murkai, dan sungguh dengan kematianmu wahai Ibrahim, kami begitu bersedih." (HR Muslim)
Bahkan pada saat beliau wafat, kesedihan besar melanda kaum muslimin, sampai-sampai Bilal bin Rabah, sang Muadzin pertama, meminta izin kepada Abu Bakr agar tidak lagi mengumandangkan adzan. Karena, pada saat sampai pada kalimat "Asyhadu Anna محمّد..." Bilal tak kuasa menahan tangisnya atas kepergian orang yang amat dicintainya. Tetapi, pada suatu saat, Bilal kembali mengumandangkan adzan pada saat sampai pada kalimat tadi, maka seketika orang-orang yang mendengarnya pun menangis, teringat akan رسول الله, orang yang amat dicintainya.
Begitulah, رسول الله, seorang yang mulia...
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
'Kan pasti mengalir air mataku
Karena pancaran ketenanganmu
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Kami rindu padamu
Allahumma sholli 'alaa محمّد
Ya Robbi sholli 'alaihi wassalim
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya Tuhan saja yang tahu
Kutahu cintamu kepada ummat
Umati umati
Kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafa'atkan kami
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya رسول الله, Ya Habiballah
Kurniakanlah syafa'atmu
Sumber:
Alquran
Hadis
Gue Never Die (Salim A. Fillah)
Proud To Be Moslem (Alwi Alatas)
Assalamu'alaikum, Annyeong Haseo!Buenoz Diaz! what a nice blog! please visit and give feedback to my blog @ red-mercenary.blogspot.com, GGMU!
ReplyDelete