Melihat dari sejarah orang-orang besar, ada satu hal yang dapat saya ambil, bahwa mereka, orang-orang besar, menjadi besar terlihat sejak mereka berada di usia remaja.
Mereka, saat remaja, adalah para remaja luar biasa yang berbeda dengan kawan seusianya. Mereka, saat remaja, adalah para remaja yang mempunyai pemikiran yang besar, ada juga yang terngiang mewujudkan obsesi serta impian besar, bekerja besar, berbuat besar. Mereka orang-orang luar biasa, dari Muhammad Rasulullah, tercetus pula nama seorang Ismail Alaihissalam, muncul pula Daud Alaihissalam, Sulaiman Alaihissalam. Mungkin banyak yang berkata, "Mereka kan para nabi, jelas saja mereka seperti itu." Baiklah, ada contoh nyata lain, yaitu Ali ibn Abi Thalib, ingatkan pula tentang pemuda Kahfi, lalu Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel, ada pula Ahmad Yassin.
Mari kita selami masa-masa remaja mereka.
Ahmad Yassin, beliau adalah salah satu tokoh pembebasan Palestina dari jajahan Israel. Beliau adalah seorang lumpuh, namun ternyata kelumpuhan tersebut telah dialaminya sejak umur belasan tahun. Tetapi, kelumpuhan tidak menjadikannya patah semangat, malah ia bertambah gigih, ia menjadi guru agama, dan entah kenapa ajarannya begitu kuat tertanam di hati murid-muridnya, sampai-sampai saat Ahmad Yassin berkata tentang shalat malam, para murid melaksanakannya, saat berkata tentang shaum sunnah, orang tua muridnya dikagetkan atas penolakan anak-anaknya untuk makan-minum seharian.
Ahmad Yassin, yang lumpuh itu, ditakuti Israel, padahal beliau adalah seorang yang bahkan berkata pun terbata-bata. Tapi ia ditakuti, sampai-sampai pada suatu fajar ia menemui syahidnya yang diperoleh dari sebuah bom di mobilnya yang diletakkan oleh para durjana Israel.
Kala fajar, hendak berpendar
Mentari pun belum bersinar
Sebongkah dendam membara
Memburu sang hamba nan bersahaja
Raganya tak seperti kita
Namun smangatnya menembus semesta
Dari kursi roda, mengguncang dunia
Untuk kemerdekaan Palestina
Darah membuncah, menyirami bumi
Tubuhnya terhempas tercabik
Namun dia hidup di sisi Ilahi
Dalam nikmat abadi
Selamat jalan hai mujahid
Do'a kami mengiringi
Dengan jiwa nan tentram suci
Kepada Allah kembali
(Shoutul Harokah - Syaikh Ahmad Yassin)
Kini, marilah kita tengok satu panglima besar yang pernah dimiliki Islam, jauh sebelum Ahmad Yassin, beliau adalah seorang muda, sultan muda, panglima muda, dengan semangat untuk mewujudkan impian 700 tahun, menaklukan Konstantinopel. Selalu terngiang-ngiang di benaknya sebuah hadis yang menjadi motivasinya, "...Yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pasukan. Dan pemimpinnya adalah sebaik-baik panglima."
Ini menjadi motivasinya menjadi "sebaik-baik panglima" atau setidaknya ambil bagian dalam "sebaik-baik pasukan", ia terus meingatnya jauh sebelum ia berhasil menaklukan Konstantinopel di usia yang sungguh muda, 23 tahun!
Dia adalah seorang pemuda yang shalih, ia tak pernah meninggalkan shalat fardhu sejak balighnya, tak pernah meninggalkan shalat malam sejak balighnya pula, tak pernah meninggalkan shaum Ramadhan, yang selalu mengkhatamkan quran kurang dari sebulan, yang tidak pernah kehilangan hafalan qurannya, dan yang tidak pernah meninggalkan shaum ayyamul bidh-nya, pantaslah ia menjadi "sebaik-baik pemimpin" yang menaklukan Konstantinopel, kotanya Heraklius. Sultan muda lagi shalih. Impian besarnya sejak kecil terwujud. Semua terjadi, dari tekad kuat, bulat, ditunjang dengan keshalihan beragama, kekuatan fisik, kematangan mental, dan semua itu terangkum di usia mudanya, dan bahkan menjadi orang besar di usia muda, yang selalu tercatat oleh tinta emas sejarah. Perkenalkan, inilah beliau, Muhammad Al-Fatih.
Lalu, kini marilah kita mendekat kepada menantu sekaligus kemenakan Rasulullah, Sang Gerbang Kota Ilmu, Ali ibn Abi Thalib. Adalah orang yang paling muda saat menerima Islam. Tak pernah menyembah berhala. Seorang cerdas, seorang ilmuwan dalam dunia Islam, seorang bijak. Ia juga seorang yang kuat perawakannya. Kematangan dirinya jelas karena ia dimentor oleh Rasulullah dari usia muda. Ia-lah yang berselimut hijau, berbaring di rumah Nabi ketika kafir Quraisy hendak membunuh nabi di rumahnya, sedang nabi tengah berada dalam perjalanan bersama sahabat terbaik, Abu Bakr. Ia-lah pahlawan Perang Khaibar. Khalifah ke-empat, yang terus-menerus menghadapi aral rintangan ketika memimpin, melawan Khawarij, bahkan hingga syahid.
Orang besar ini, semua capaiannya dapat terjadi dari pembentukan ketika di usia muda, remaja. Jelaslah bahwa ia salah satu contoh bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Kini, marilah kita masuk ke jajaran para nabi. Mereka tidak serta-merta menjadi nabi melainkan ada pentarbiyahan sejak usia muda, dipersiapkan sejak remaja.
Daud Alaihissalam. Kita tahu bahwa beliau adalah seorang Nabi yang juga Raja, beliau dapat melunakkan besi dan membuatnya menjadi jubah para jundi-jundi Allah yang ringan namun kokoh. Daud Alaihissalam adalah seorang pemuda luar biasa. Pernah mendengar istilah "David vs Goliath"? David vs Goliath adalah sebuah istilah yang menunjukan sebuah tenaga kecil (David) melawan kekuatan besar (Goliath), istilah ini berasal dari Nasrani, David sendiri sebenarnya adalah Daud, dan Goliath adalah Raja Jalut. Tentang kisahnya, kita semua sudah tahu, Daud yang ketika itu masih sangat muda, berniat untuk ikut ke dalam pasukan Raja Thalut yang menjanjikan bagi lelaki manapun yang berhasil menaklukkan Raja Jalut yang durjana akan dinikahkan dengan putrinya, Mikal. Daud yang mencoba ikut ke dalam pasukan, malah ditolak karena masih terlalu muda, namun, dengan gagah berani dan tak patah arang, ia membawa senjatanya, senjata yang amat kecil, hanya sebuah ketapel. Dilemparkanlah kerikil dari ketapelnya tepat di dahi Jalut, takluklah ia. Sontak pasukan Thalut pun menang. Daud pun diangkat menjadi raja menggantikan Thalut.
Lihatlah, semua terjadi ketika usia remaja, sebelum akhirnya ia menjadi seorang nabi di suatu masa.
Orang besar bermula dari remaja besar.
"Like Father Like Son", peribahasa Bahasa Inggris ini sangat tepat ditujukan kepada Sulaiman Alaihissalam, beliau mewarisi sifat ayahnya, Daud Alaihissalam. Seorang bijaksana. Kebijaksanaannya telah muncul ketika masih muda.
Suatu ketika seorang ibu dari Bani Israil mengadukan bahwa bayinya telah dicuri seorang ibu lainnya kepada Daud Alaihissalam. Kedua ibu tersebut berkeyakinan bahwa bayi itu miliknya masing-masing. Daud Alaihissalam menunjuk kepada salah satu ibu dan mengatakan bahwa dialah ibunya. Namun, ibu yang lain mengadukan masalah ini kepada Sulaiman Alaihissalam. Dengan cerdik, Sulaiman Alaihissalam meminta sebuah gergaji, ketika ditanya untuk apa, beliau menjawab, "Akan ku gergaji bayi ini menjadi dua, dan membagikannya masing-masing kepada kalian berdua." Namun salah satu ibu itu mengeluarkan air mata, lalu berkata kepada Sulaiman Alaihissalam, "Biarlah bagianku untuk dia," seraya menunjuk ibu yang satunya. Tersenyumlah Sulaiman Alaihissalam, beliau mengatakan bahwa ibu yang menangis inilah sesungguhnya ibu dari bayi tersebut. Solusi cerdas dari seorang muda. Kematangan di usia muda membuatnya sebagai pewaris ayahnya dan menjadi Raja yang besar juga menjadi seorang Nabi.
Lihatlah, orang besar bermula dari remaja besar.
"Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (Q.S. Ash-Shaffat [37]: 101)
Tersebut pula seorang Ismail Alaihissalam, putera Ibrahim Alaihissalam. Keshalihan beragama dan berjiwa besar telah ia tunjukkan sejak usia belia, belasan tahun. Kita tentu mengenal sejarah mengapa ummat Islam mesti menyemlih hewan ternak ketika Idul Adha. Ketika itu, Ibrahim Alaihissalam mendapat mimpi bahwa ia diperintahkan untuk menyemlih anaknya, Ismail Alaihissalam. Lalu, kisah selanjutnya dapat kita simak sebagaimana termaktub dalam Firman-Nya, "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S. Ash-Shaffat [37]: 102).
Ini kembali menjadi bukti bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Kini tibalah kita kepada uswatun hasanah sepanjang zaman, manusia yang berbudi pekerti agung.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.S. Al-Qalam [68]: 4)
Sungguh, kehabisan kata-kata untuk membahas kesempurnaan akhlak Muhammad Rasulullah, sang Mu'allim, seorang yang paling dirindukan. Rindu ingin bertemu, penasaran dengan akhlaqnya yang mulia, ingin tahu saya tentang beliau, kelembutannya, kehalusannya, ah, sekali lagi, kehabisan kata-kata.
Selagi kecil, perilakunya terpelihara, Allah menjaganya dari pesta-pesta Quraisy.
Beliau... Ah... entah bagaimana.
Beliau, seorang besar yang paling lengkap, perfect! Dari usia yang kecil, beliau telah mendapat banyak pengetahuan. Bersama kakekknya, Abdul Muthalib, beliau dibekali ilmu sosial, ilmu tentang kepemimpinan, ilmu untuk berdiplomasi. Bersama pamannya, Abu Thalib, beliau diajari ilmu berdagang, niaga, di sana ia dilatih kejujuran dalam berdagang. Di lingkungan masyarakat, beliau dikenal sebagai Al-Amin, Yang Terpercaya, gelar yang didapatnya jauh sebelum beliau disinari cahaya nubuwwah, gelar yang didapat atas solusi cerdas menyelesaikan pertikaian kecil yang hampir berujung perang saudara antar kabilah Quraisy. Ia pun sempat diamanahi sebagai pemimpin kafilah dagang Khadijah binti Khuwailid -yang menjadi istrinya kelak- karena kejujurannya.
Menjadi al-Amin, bahkan ketika suatu saat, beliau naik ke sebuah bukit, dipanggilnya kabilah-kabilah di Quraisy, seketika keluarlah mereka, lalu dikatakan kepada mereka, "Bila kukatakan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada pasukan yang hendak menyerbu kalian, apakah kalian percaya?" Mereka pun menjawab dengan penuh kepercayaan serta tak meragukan kredibilitasnya sebagai al-Amin, Yang Terpercaya.
Semuanya menjadi bekal untuk mengemban amanah tertinggi, menjadi Rasullullah, menyampaikan risalah-Nya.
Semua bermula dari usia remaja.
Ini, semoga menjadi motivasi, menjadi semacam semangat, di usia muda ini, semoga kisah orang-orang besar di atas, meski singkat, meski hanya sedikit, moga mampu menyemangati langkah dalam mewujudkan impian serta harapan.
Semoga Bermanfaat!
Di antara Venus dan Mars, 14 Zulhijjah 1431,
Firman Maulana.
Mereka, saat remaja, adalah para remaja luar biasa yang berbeda dengan kawan seusianya. Mereka, saat remaja, adalah para remaja yang mempunyai pemikiran yang besar, ada juga yang terngiang mewujudkan obsesi serta impian besar, bekerja besar, berbuat besar. Mereka orang-orang luar biasa, dari Muhammad Rasulullah, tercetus pula nama seorang Ismail Alaihissalam, muncul pula Daud Alaihissalam, Sulaiman Alaihissalam. Mungkin banyak yang berkata, "Mereka kan para nabi, jelas saja mereka seperti itu." Baiklah, ada contoh nyata lain, yaitu Ali ibn Abi Thalib, ingatkan pula tentang pemuda Kahfi, lalu Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel, ada pula Ahmad Yassin.
Mari kita selami masa-masa remaja mereka.
Ahmad Yassin, beliau adalah salah satu tokoh pembebasan Palestina dari jajahan Israel. Beliau adalah seorang lumpuh, namun ternyata kelumpuhan tersebut telah dialaminya sejak umur belasan tahun. Tetapi, kelumpuhan tidak menjadikannya patah semangat, malah ia bertambah gigih, ia menjadi guru agama, dan entah kenapa ajarannya begitu kuat tertanam di hati murid-muridnya, sampai-sampai saat Ahmad Yassin berkata tentang shalat malam, para murid melaksanakannya, saat berkata tentang shaum sunnah, orang tua muridnya dikagetkan atas penolakan anak-anaknya untuk makan-minum seharian.
Ahmad Yassin, yang lumpuh itu, ditakuti Israel, padahal beliau adalah seorang yang bahkan berkata pun terbata-bata. Tapi ia ditakuti, sampai-sampai pada suatu fajar ia menemui syahidnya yang diperoleh dari sebuah bom di mobilnya yang diletakkan oleh para durjana Israel.
Kala fajar, hendak berpendar
Mentari pun belum bersinar
Sebongkah dendam membara
Memburu sang hamba nan bersahaja
Raganya tak seperti kita
Namun smangatnya menembus semesta
Dari kursi roda, mengguncang dunia
Untuk kemerdekaan Palestina
Darah membuncah, menyirami bumi
Tubuhnya terhempas tercabik
Namun dia hidup di sisi Ilahi
Dalam nikmat abadi
Selamat jalan hai mujahid
Do'a kami mengiringi
Dengan jiwa nan tentram suci
Kepada Allah kembali
(Shoutul Harokah - Syaikh Ahmad Yassin)
Kini, marilah kita tengok satu panglima besar yang pernah dimiliki Islam, jauh sebelum Ahmad Yassin, beliau adalah seorang muda, sultan muda, panglima muda, dengan semangat untuk mewujudkan impian 700 tahun, menaklukan Konstantinopel. Selalu terngiang-ngiang di benaknya sebuah hadis yang menjadi motivasinya, "...Yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pasukan. Dan pemimpinnya adalah sebaik-baik panglima."
Ini menjadi motivasinya menjadi "sebaik-baik panglima" atau setidaknya ambil bagian dalam "sebaik-baik pasukan", ia terus meingatnya jauh sebelum ia berhasil menaklukan Konstantinopel di usia yang sungguh muda, 23 tahun!
Dia adalah seorang pemuda yang shalih, ia tak pernah meninggalkan shalat fardhu sejak balighnya, tak pernah meninggalkan shalat malam sejak balighnya pula, tak pernah meninggalkan shaum Ramadhan, yang selalu mengkhatamkan quran kurang dari sebulan, yang tidak pernah kehilangan hafalan qurannya, dan yang tidak pernah meninggalkan shaum ayyamul bidh-nya, pantaslah ia menjadi "sebaik-baik pemimpin" yang menaklukan Konstantinopel, kotanya Heraklius. Sultan muda lagi shalih. Impian besarnya sejak kecil terwujud. Semua terjadi, dari tekad kuat, bulat, ditunjang dengan keshalihan beragama, kekuatan fisik, kematangan mental, dan semua itu terangkum di usia mudanya, dan bahkan menjadi orang besar di usia muda, yang selalu tercatat oleh tinta emas sejarah. Perkenalkan, inilah beliau, Muhammad Al-Fatih.
Lalu, kini marilah kita mendekat kepada menantu sekaligus kemenakan Rasulullah, Sang Gerbang Kota Ilmu, Ali ibn Abi Thalib. Adalah orang yang paling muda saat menerima Islam. Tak pernah menyembah berhala. Seorang cerdas, seorang ilmuwan dalam dunia Islam, seorang bijak. Ia juga seorang yang kuat perawakannya. Kematangan dirinya jelas karena ia dimentor oleh Rasulullah dari usia muda. Ia-lah yang berselimut hijau, berbaring di rumah Nabi ketika kafir Quraisy hendak membunuh nabi di rumahnya, sedang nabi tengah berada dalam perjalanan bersama sahabat terbaik, Abu Bakr. Ia-lah pahlawan Perang Khaibar. Khalifah ke-empat, yang terus-menerus menghadapi aral rintangan ketika memimpin, melawan Khawarij, bahkan hingga syahid.
Orang besar ini, semua capaiannya dapat terjadi dari pembentukan ketika di usia muda, remaja. Jelaslah bahwa ia salah satu contoh bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Kini, marilah kita masuk ke jajaran para nabi. Mereka tidak serta-merta menjadi nabi melainkan ada pentarbiyahan sejak usia muda, dipersiapkan sejak remaja.
Daud Alaihissalam. Kita tahu bahwa beliau adalah seorang Nabi yang juga Raja, beliau dapat melunakkan besi dan membuatnya menjadi jubah para jundi-jundi Allah yang ringan namun kokoh. Daud Alaihissalam adalah seorang pemuda luar biasa. Pernah mendengar istilah "David vs Goliath"? David vs Goliath adalah sebuah istilah yang menunjukan sebuah tenaga kecil (David) melawan kekuatan besar (Goliath), istilah ini berasal dari Nasrani, David sendiri sebenarnya adalah Daud, dan Goliath adalah Raja Jalut. Tentang kisahnya, kita semua sudah tahu, Daud yang ketika itu masih sangat muda, berniat untuk ikut ke dalam pasukan Raja Thalut yang menjanjikan bagi lelaki manapun yang berhasil menaklukkan Raja Jalut yang durjana akan dinikahkan dengan putrinya, Mikal. Daud yang mencoba ikut ke dalam pasukan, malah ditolak karena masih terlalu muda, namun, dengan gagah berani dan tak patah arang, ia membawa senjatanya, senjata yang amat kecil, hanya sebuah ketapel. Dilemparkanlah kerikil dari ketapelnya tepat di dahi Jalut, takluklah ia. Sontak pasukan Thalut pun menang. Daud pun diangkat menjadi raja menggantikan Thalut.
Lihatlah, semua terjadi ketika usia remaja, sebelum akhirnya ia menjadi seorang nabi di suatu masa.
Orang besar bermula dari remaja besar.
"Like Father Like Son", peribahasa Bahasa Inggris ini sangat tepat ditujukan kepada Sulaiman Alaihissalam, beliau mewarisi sifat ayahnya, Daud Alaihissalam. Seorang bijaksana. Kebijaksanaannya telah muncul ketika masih muda.
Suatu ketika seorang ibu dari Bani Israil mengadukan bahwa bayinya telah dicuri seorang ibu lainnya kepada Daud Alaihissalam. Kedua ibu tersebut berkeyakinan bahwa bayi itu miliknya masing-masing. Daud Alaihissalam menunjuk kepada salah satu ibu dan mengatakan bahwa dialah ibunya. Namun, ibu yang lain mengadukan masalah ini kepada Sulaiman Alaihissalam. Dengan cerdik, Sulaiman Alaihissalam meminta sebuah gergaji, ketika ditanya untuk apa, beliau menjawab, "Akan ku gergaji bayi ini menjadi dua, dan membagikannya masing-masing kepada kalian berdua." Namun salah satu ibu itu mengeluarkan air mata, lalu berkata kepada Sulaiman Alaihissalam, "Biarlah bagianku untuk dia," seraya menunjuk ibu yang satunya. Tersenyumlah Sulaiman Alaihissalam, beliau mengatakan bahwa ibu yang menangis inilah sesungguhnya ibu dari bayi tersebut. Solusi cerdas dari seorang muda. Kematangan di usia muda membuatnya sebagai pewaris ayahnya dan menjadi Raja yang besar juga menjadi seorang Nabi.
Lihatlah, orang besar bermula dari remaja besar.
"Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (Q.S. Ash-Shaffat [37]: 101)
Tersebut pula seorang Ismail Alaihissalam, putera Ibrahim Alaihissalam. Keshalihan beragama dan berjiwa besar telah ia tunjukkan sejak usia belia, belasan tahun. Kita tentu mengenal sejarah mengapa ummat Islam mesti menyemlih hewan ternak ketika Idul Adha. Ketika itu, Ibrahim Alaihissalam mendapat mimpi bahwa ia diperintahkan untuk menyemlih anaknya, Ismail Alaihissalam. Lalu, kisah selanjutnya dapat kita simak sebagaimana termaktub dalam Firman-Nya, "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S. Ash-Shaffat [37]: 102).
Ini kembali menjadi bukti bahwa orang besar bermula dari remaja besar.
Kini tibalah kita kepada uswatun hasanah sepanjang zaman, manusia yang berbudi pekerti agung.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21)
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.S. Al-Qalam [68]: 4)
Sungguh, kehabisan kata-kata untuk membahas kesempurnaan akhlak Muhammad Rasulullah, sang Mu'allim, seorang yang paling dirindukan. Rindu ingin bertemu, penasaran dengan akhlaqnya yang mulia, ingin tahu saya tentang beliau, kelembutannya, kehalusannya, ah, sekali lagi, kehabisan kata-kata.
Selagi kecil, perilakunya terpelihara, Allah menjaganya dari pesta-pesta Quraisy.
Beliau... Ah... entah bagaimana.
Beliau, seorang besar yang paling lengkap, perfect! Dari usia yang kecil, beliau telah mendapat banyak pengetahuan. Bersama kakekknya, Abdul Muthalib, beliau dibekali ilmu sosial, ilmu tentang kepemimpinan, ilmu untuk berdiplomasi. Bersama pamannya, Abu Thalib, beliau diajari ilmu berdagang, niaga, di sana ia dilatih kejujuran dalam berdagang. Di lingkungan masyarakat, beliau dikenal sebagai Al-Amin, Yang Terpercaya, gelar yang didapatnya jauh sebelum beliau disinari cahaya nubuwwah, gelar yang didapat atas solusi cerdas menyelesaikan pertikaian kecil yang hampir berujung perang saudara antar kabilah Quraisy. Ia pun sempat diamanahi sebagai pemimpin kafilah dagang Khadijah binti Khuwailid -yang menjadi istrinya kelak- karena kejujurannya.
Menjadi al-Amin, bahkan ketika suatu saat, beliau naik ke sebuah bukit, dipanggilnya kabilah-kabilah di Quraisy, seketika keluarlah mereka, lalu dikatakan kepada mereka, "Bila kukatakan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada pasukan yang hendak menyerbu kalian, apakah kalian percaya?" Mereka pun menjawab dengan penuh kepercayaan serta tak meragukan kredibilitasnya sebagai al-Amin, Yang Terpercaya.
Semuanya menjadi bekal untuk mengemban amanah tertinggi, menjadi Rasullullah, menyampaikan risalah-Nya.
Semua bermula dari usia remaja.
Orang besar bermula dari remaja besar.
Ini, semoga menjadi motivasi, menjadi semacam semangat, di usia muda ini, semoga kisah orang-orang besar di atas, meski singkat, meski hanya sedikit, moga mampu menyemangati langkah dalam mewujudkan impian serta harapan.
Semoga Bermanfaat!
Di antara Venus dan Mars, 14 Zulhijjah 1431,
Firman Maulana.
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas