بسم الله الرØمن الرØيم
Alkisah, terlihatlah di Surga, rombongan orang-orang berbaris rapi, mereka terbagi menjadi beberapa barisan. Ada barisan dari orang-orang ahli shalat, banyak sekali, berbondong-bondong. Ada pula barisan dari orang-orang ahli zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf, jumlahnya tak jauh berbeda dengan barisan ahli shalat. Juga terdapat barisan ahli shaum, juga berjumlah banyak. Lain lagi dengan barisan orang-orang ahli jihad, mereka tak sebanyak barisan-barisan sebelumnya.
Lalu, salah seorang dari barisan itu akhirnya masuk ke gerbang Surga, -sebutlah ia Fulan- ternyata dia harus melewati sebuah pos. Maka, datanglah ia ke pos tersebut. Di pos tersebut ada beberapa malaikat, orang ini pun bertanya, "Wahai Malaikat, pos apakah ini?" "Ini adalah pos ID Card, tunggu sebentar, saya ambilkan ID Card anda," jawab Malaikat.
Sambil menunggu ID Card-nya, Fulan melihat sekitar, nampak suasana pos ini cukup sibuk, beberapa Malaikat hilir mudik mengambil ID Card calon penghuni Surga yang lain.
Setelah itu, ia lalu berjalan lagi, hingga tibalah di pos lain. Fulan pun kembali bertanya kepada Malaikat yang ada di sana, "Yaa Malaikat, pos apakah ini?"
Dengan ramah, Malaikat pun menjawab, "Ini adalah pos administrasi, silakan selesaikan dulu penadministrasian anda di sini."
Maka, Fulan pun menyelesaikannya, tidak lama. Pos di sini ternyata lebih sibuk dari pos sebelumnya, karena pekerjaan yang dilakukan lebih banyak.
Fulan lalu berjalan menuju pos ke-3, sesampainya di sana lagi-lagi ia bertanya, "Wahai Makhluk Yang Diciptakan Dari Cahaya! Pos apakah ini?"
"Ya Fulan, ini adalah pos akomodasi, tunggulah sebentar."
Fulan pun menunggu, dan akhirnya urusan di pos itu selesai.
Setelah tiga pos terlewati, kini ia menuju pos ke-4. Fulan agak terkejut, di sana tak nampak kesibukan, bahkan yang ada di sana hanyalah satu Malaikat saja.
Dengan penuh penasaran, Fulan bertanya, "Wahai Malaikat, pos apakah ini? Mengapa sangat berbeda dengan tiga pos sebelumnya? Di sini sama sekali tak ada kesibukan. Bahkan, di sini hanya ada engkau, wahai Malaikat."
Dengan senyum, Malaikat ini menjawab pertanyaan Fulan, "Yaa Fulan, di sini memang tak ada kesibukan seperti di pos-pos sebelumnya, karena di sini adalah 'Pos Terima Kasih'."
"'Pos Terima Kasih'? Apa yang harus aku lakukan di sini?"
"Tunjukkanlah rasa terima kasihmu kepada Allah."
"Bagaimana caranya? Dengan apa aku berterima kasih kepada Allah? Berterima kasih atas apa?"
Malaikat lalu menjawab, "Berterima kasih atas apa yang telah Allah beri kepadamu. Berterima kasih saat kau dengan bebas menghirup udara, di saat orang-orang di belahan bumi lain yang mesti membeli udara untuk bernafas. Berterima kasihlah, karena Allah membukakan matamu saat kau bangun dari tidurmu. Dengannya, kau melihat keindahan ciptaan-Nya, dengan mata itu kau mentakjubi kemahabesaran-Nya. Di saat ada orang lain yang tertutup matanya, tak bisa ia buka, ia tak bisa melihat keindahan ciptaan-Nya, ia tak bisa melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya."
Sejenak Malaikat itu diam, ia melihat Fulan terdiam, terlihatlah kedua matanya mulai mengeluarkan air.
Lalu, Malaikat tadi melanjutkan perkatannya,
"Ya Fulan, berterima kasihlah atas telingamu yang berfungsi dengan baik. Dengannya kau mendengar Alquran dengan lantunan yang indah. Dengannya kau mendengar burung-burung berkicau. Dengannya kau mendengar nasihat-nasihat dari para 'ulama. Berterima kasihlah, di saat ada mereka yang pendengarannya tak berfungsi dengan baik, merek tuli. Tak sempat mereka mendengar lantunan Alquran, tak sempat ia mendengar alam berdzikir. Berterima kasihlah yaa Fulan!"
Sampai di sini, air mata sudah membanjiri mata Fulan.
Tapi, Malaikat urung menghentikan kata-katanya.
"Berterima kasihlah, Allah memberimu mulut yang baik, mulut itu lalu terus berdzikir. Mulut itu lalu mengucap kalimat yang baik. Dengan mulut itu juga dilantunkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil serta takbir. Dengannya pula dilafazhkan ayat-ayat Alquran, ia menentramkan pendengarnya. Berterima kasihlah! Saat kau melihat ada mereka yang tak bisa berbicara, mereka bersedih tak bisa melantunkan Alquran dengan indah, mereka tak bisa menggemakan takbir, mereka tak bisa mengumandangkan 'Laa ilaaha ilaLlah. Berterima kasihlah kepada Allah, wahai Fulan!"
Fulan benar-benar tak bisa membendung tangisnya, bercucuran air matanya di gerbang surga.
Dengan mata yang masih menangis, Fulan bertanya, "Kini dengan apa aku berterima kasih?"
Lalu, dengan tersenyum, Maliakat tadi menjawab, menjawab dengan ucapan yang menentramkan, "Wahai Fulan, ucapkanlah, 'Alhamdulillahirabbil'alamin. Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam."
***
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
(Alquran, Ibrahim [14]: 7)
Alkisah, terlihatlah di Surga, rombongan orang-orang berbaris rapi, mereka terbagi menjadi beberapa barisan. Ada barisan dari orang-orang ahli shalat, banyak sekali, berbondong-bondong. Ada pula barisan dari orang-orang ahli zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf, jumlahnya tak jauh berbeda dengan barisan ahli shalat. Juga terdapat barisan ahli shaum, juga berjumlah banyak. Lain lagi dengan barisan orang-orang ahli jihad, mereka tak sebanyak barisan-barisan sebelumnya.
Lalu, salah seorang dari barisan itu akhirnya masuk ke gerbang Surga, -sebutlah ia Fulan- ternyata dia harus melewati sebuah pos. Maka, datanglah ia ke pos tersebut. Di pos tersebut ada beberapa malaikat, orang ini pun bertanya, "Wahai Malaikat, pos apakah ini?" "Ini adalah pos ID Card, tunggu sebentar, saya ambilkan ID Card anda," jawab Malaikat.
Sambil menunggu ID Card-nya, Fulan melihat sekitar, nampak suasana pos ini cukup sibuk, beberapa Malaikat hilir mudik mengambil ID Card calon penghuni Surga yang lain.
Setelah itu, ia lalu berjalan lagi, hingga tibalah di pos lain. Fulan pun kembali bertanya kepada Malaikat yang ada di sana, "Yaa Malaikat, pos apakah ini?"
Dengan ramah, Malaikat pun menjawab, "Ini adalah pos administrasi, silakan selesaikan dulu penadministrasian anda di sini."
Maka, Fulan pun menyelesaikannya, tidak lama. Pos di sini ternyata lebih sibuk dari pos sebelumnya, karena pekerjaan yang dilakukan lebih banyak.
Fulan lalu berjalan menuju pos ke-3, sesampainya di sana lagi-lagi ia bertanya, "Wahai Makhluk Yang Diciptakan Dari Cahaya! Pos apakah ini?"
"Ya Fulan, ini adalah pos akomodasi, tunggulah sebentar."
Fulan pun menunggu, dan akhirnya urusan di pos itu selesai.
Setelah tiga pos terlewati, kini ia menuju pos ke-4. Fulan agak terkejut, di sana tak nampak kesibukan, bahkan yang ada di sana hanyalah satu Malaikat saja.
Dengan penuh penasaran, Fulan bertanya, "Wahai Malaikat, pos apakah ini? Mengapa sangat berbeda dengan tiga pos sebelumnya? Di sini sama sekali tak ada kesibukan. Bahkan, di sini hanya ada engkau, wahai Malaikat."
Dengan senyum, Malaikat ini menjawab pertanyaan Fulan, "Yaa Fulan, di sini memang tak ada kesibukan seperti di pos-pos sebelumnya, karena di sini adalah 'Pos Terima Kasih'."
"'Pos Terima Kasih'? Apa yang harus aku lakukan di sini?"
"Tunjukkanlah rasa terima kasihmu kepada Allah."
"Bagaimana caranya? Dengan apa aku berterima kasih kepada Allah? Berterima kasih atas apa?"
Malaikat lalu menjawab, "Berterima kasih atas apa yang telah Allah beri kepadamu. Berterima kasih saat kau dengan bebas menghirup udara, di saat orang-orang di belahan bumi lain yang mesti membeli udara untuk bernafas. Berterima kasihlah, karena Allah membukakan matamu saat kau bangun dari tidurmu. Dengannya, kau melihat keindahan ciptaan-Nya, dengan mata itu kau mentakjubi kemahabesaran-Nya. Di saat ada orang lain yang tertutup matanya, tak bisa ia buka, ia tak bisa melihat keindahan ciptaan-Nya, ia tak bisa melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya."
Sejenak Malaikat itu diam, ia melihat Fulan terdiam, terlihatlah kedua matanya mulai mengeluarkan air.
Lalu, Malaikat tadi melanjutkan perkatannya,
"Ya Fulan, berterima kasihlah atas telingamu yang berfungsi dengan baik. Dengannya kau mendengar Alquran dengan lantunan yang indah. Dengannya kau mendengar burung-burung berkicau. Dengannya kau mendengar nasihat-nasihat dari para 'ulama. Berterima kasihlah, di saat ada mereka yang pendengarannya tak berfungsi dengan baik, merek tuli. Tak sempat mereka mendengar lantunan Alquran, tak sempat ia mendengar alam berdzikir. Berterima kasihlah yaa Fulan!"
Sampai di sini, air mata sudah membanjiri mata Fulan.
Tapi, Malaikat urung menghentikan kata-katanya.
"Berterima kasihlah, Allah memberimu mulut yang baik, mulut itu lalu terus berdzikir. Mulut itu lalu mengucap kalimat yang baik. Dengan mulut itu juga dilantunkan kalimat tasbih, tahmid, tahlil serta takbir. Dengannya pula dilafazhkan ayat-ayat Alquran, ia menentramkan pendengarnya. Berterima kasihlah! Saat kau melihat ada mereka yang tak bisa berbicara, mereka bersedih tak bisa melantunkan Alquran dengan indah, mereka tak bisa menggemakan takbir, mereka tak bisa mengumandangkan 'Laa ilaaha ilaLlah. Berterima kasihlah kepada Allah, wahai Fulan!"
Fulan benar-benar tak bisa membendung tangisnya, bercucuran air matanya di gerbang surga.
Dengan mata yang masih menangis, Fulan bertanya, "Kini dengan apa aku berterima kasih?"
Lalu, dengan tersenyum, Maliakat tadi menjawab, menjawab dengan ucapan yang menentramkan, "Wahai Fulan, ucapkanlah, 'Alhamdulillahirabbil'alamin. Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam."
***
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
(Alquran, Ibrahim [14]: 7)
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas