بسم الله الرØمن الرØيم
Berbicara tentang guru, tentang mereka yang luar biasa, tentang mereka yang tak kenal lelah dalam membimbing Sang Pencari Ilmu, tentang mereka yang senang saat anak didikannya sukses, tentang mereka yang turut bersedih saat putra-putri bimbingannya gagal namun tetap memberi semangat, tentang mereka yang bagaikan orang tua di sekolah, tentang mereka yang rela meluangkan waktu berharganya, tenaganya, dan pikiran luasnya demi murid-muridnya, tentang mereka yang begitu banyak jasanya, tentang mereka yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa...
Guru, kata yang terbilang pendek untuk mereka yang besar jasanya.
Siapapun, tentunya memiliki sosok guru yang lekat dalam ingatannya, ia lekat karena keikhlasan hatinya mengajarkan apa yang ia tahu, ia lekat karena ketulusan perilakunya yang menjadi contoh. Dan guru seperti ini tentu berbeda-beda bagi setiap orang, mungkin ia adalah guru matematika anda, mungkin ia adalah guru fisika anda, mungkin ia adalah guru Bahasa Indonesia anda, atau siapapun ia, namun sosok guru adalah orang yang begitu dekat dalam kehidupan kita. Kita mengenal guru –guru dalam pendidikan formal- sejak kita masih berada di Taman Kanak-kanak (TK), merekalah yang membuat kita nyaman bersekolah, kita lalu mengenalnya saat berada di Sekolah Dasar (SD), mereka turut mengajari kita membaca, berhitung, dan menulis di samping orang tua kita, lalu guru-guru kita di jenjang-jenjang berikutnya pun, mereka memberi pengajaran bagi kita, mereka berbagi ilmu dengan kita, bahkan mereka pun terkadang menjadi teman curhat kita, ah sungguh fleksibel sosok guru ini. Merekalah pelita kita saat kegelapan, merekalah penunjuk jalan kita.
Maka mereka layaknya matahari yang membakar semangat murid-muridnyanya,
maka mereka bagaikan hujan yang menyegarkan murid-muridnya,
maka mereka bagaikan matahari dan hujan yang menumbuhkan benih-benih kecerdasan dalam diri kita
Dan terkait tentang guru, tentunya saya pun memiliki pengalaman tersendiri, puluhan bahkan beratus guru yang pernah saya temui dari TK sampai sekarang di SMA, banyak kenangan yang dimiliki, baik kenangan yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, namun itu tetaplah hal yang luar biasa. Begitu pun saya, saya pun memiliki kenangan yang luar biasa dengan guru-guru saya, dan di antara guru-guru itu, ada sosok-sosok guru yang melekat dalam pikiran saya.
Yang pertama, saya teringat akan seorang guru Matematika saya di salah satu SMP di Bandung, Bapak Senen Supardjo namanya, beliau sosok yang luar biasa, beliau sosok yang cerdas, beliau adalah orang yang menjungkirbalikkan pikiran saya tentang Matematika.
Seperti kebanyakan orang, pada mulanya saya tak terlalu menyukai Matematika, pelajaran yang sebenarnya menarik ini. Di kelas VII dan VIII SMP, meski nilai Matematika saya tak jelek, namun tetap saya tak menyukai Matematika dan cukup sebal dengan mata pelajaran ini. Namun ini berubah saat saya berada di kelas IX SMP, tingkatan tertinggi di SMP.
Dengan cara mengajar yang berbeda dari guru lainnya, Pak Senen ini sudah mengubah pandangan saya akan Matematika, yang dulunya Matematika nampak tak menyenangkan menjadi menyenangkan dan menarik bagi saya.
Beliau adalah guru yang memiliki cara mengajar yang berbeda. Hampir di setiap pertemuan, beliau mengeluarkan laptopnya, lalu seringkali ia memperdengarkan musik dari laptopnya tersebut. Beliau pun memperbolehkan kami makan sambil memperhatikan pemaparannya –satu hal yang jarang sekali diperbolehkan oleh kebanyakan guru. Tak jarang, teman-teman saya bahkan meminta beberapa lagu dari laptopnya. Beliau pun seringkali menjadi teman curhat bagi kawan-kawan saya. Beliau, dekat memang.
Dengan cara mengajar yang berbeda, dan sikapnya yang santun dan ramah, maka setiap murid yang diajari oleh beliau sangat menyukainya. Beliau menyemangati muridnya, beliau senantiasa tersenyum kepada muridnya, bahkan yang sangat menarik adalah beliau menanyakan nama panggilan murid-murdinya, sehingga beliau sering memanggil muridnya dengan panggilan kesukaan muridnya, dan inilah yang semakin mendekatkan beliau dengan kami.
Ah bisa berlinang air mata bila mengingat beliau.
Belum cukup sampai di situ, hal lainnya yang paling luar bisa adalah ketika beliau memberikan tambahan pelajaran gratis bagi murid-muridnya, beliau kelompokkan mereka yang ingin belajar dengannya, dan mengajar kami tak kenal lelah, padahal beliau adalah salah satu Wakil Kepala Sekolah, bahkan saat mendekati Ujian Nasional, hingga larut malam beliau mengajari kami.
Lalu, saat kelas IX tentunya lazim terdapat pemantapan pelajaran bagi siswa kelas IX, dan beliau selaku Wakasek Bidang Kurikulum pun menyiapkan strategi yang begitu jitu, meski sempat terkendala masalah dana untuk pemantapan dan Try Out, namun ini ternyata tetap berjalan, bahkan dengan menggunakan uang pribadi guru-guru. Maka dengan sistem kelas pemantapan dan ruangan Try Out yang berbeda-beda (sesuai hasil Try Out), serta intensitas Try Out yang bervariasi (IPA sekitar delapan atau sembilan kali Try Out, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sekitar enam sampai delapan kali Try Out serta Matematika sepuluh kali Try Out) yang diterapkannya, berdampak fantastis bagi hasil Ujian Nasional kami. Puluhan siswa mendapat nilai Matematika 100, begitu pun dengan mata pelajaran lainnya, kecuali Bahasa Indonesia dengan nilai tertinggi sekitar 90-an.
Dan masih teringat dalam ingatan saya, ketika pada suatu malam, yaitu tepat malam hari sebelum pengumuman hasil Ujian Nasional, saya memperbincangkan mengenai hasil Ujian Nasional ini dengan beberapa teman saya melalui Yahoo! Messenger, hingga akhirnya saya Sign Out terlebih dulu, dan tertidur. Dan alangkah bahagia dan kagetnya saat keesokan harinya, saat saya terbangun dari tidur, satu SMS masuk ke Inbox Handphone saya, ternyata dari Pak Senen, beliau mengabarkan tentang hasil Ujian Nasional saya yang kata-katanya sebagai berikut: “Alhamdulillah, selamat, lulus dg jml nilai UN 37,05 dan mat 10,00 . SENEN S”. Bahkan SMS ini masih ada di dalam folder Saved Message Inbox di Handphone saya.
Luar biasanya beliau, beliau tak hanya pandai dalam mengajari kami Matematika, namun beliau juga adalah seorang yang taat dalam beragama, beliau pun adalah salah satu Khatib Shalat Jumat di SMP kami, dan cukup sering memberi nasihat kepada kami.
Begitulah beliau, sosok luar biasa, bahkan banyak di antara kami yang merindukan beliau, dan merindukan diajari Matematika oleh beliau. Luar biasa!
Lain Pak Senen lain pula dengan guru saya yang satu ini, kali ini beliau adalah guru Bahasa Inggris saya, dan masih di SMP yang sama. Beliau merupakan Walikelas saya, Ibu Eli Entin namanya, seringkali disingkat menjadi Bu Ellen. Tak jauh berbeda dengan Pak Senen, Bu Ellen ini memiliki kedekatan yang luar biasa dengan murid-muridnya dan memang itulah salah satu tugas Walikelas. Namun apa yang membuat beliau memiliki kenangan penting bagi saya? Karena, beliaulah guru yang sangat dekat dan ikhlas membantu kami. Beliau tak hanya membantu dalam hal pengajaran, namun dalam hal mental kami. Beliau mendata nomor handphone kami, lalu setiap sekitar pukul dua sampai pukul tiga dini hari, beliau selalu membangunkan kami lewat Missed Call-nya. Beliau membangunkan kami setiap malam, dan alhamdulillah, banyak di antara kami yang Shalat Tahajjud dan dilanjutkan dengan belajar di waktu-waktu tersebut.
Begitulah, luar biasanya guru-guru kami ini. Di setiap Idul Fitri, maka saya selalu mengirimkan SMS kepada mereka berdua, dan alhamdulillah mereka membalasnya dan itu sangat menyejukan bagi saya.
Ah luar biasanya mereka.
Terakhir, saya memiliki satu guru lagi yang luar biasa, beliau masih di SMP yang sama dengan dua guru yang saya ceritakan sebelumnya. Namun, beliau adalah sosok tertinggi dan sosok yang paling dicintai di sekolah itu, beliau adalah Kepala Sekolah kami, Pak Agus Suhara namanya. Beliau Kepala Sekolah yang luar biasa, beliau memberi pendekatan Agama dalam mendidik murid-muridnya. Beliau memberi perubahan dahsyat bagi kami.
Beliau mengadakan program pembacaan Asmaul Husna di setiap pagi, dan memberikan taushiyah di hampir setiap kesempatan sehabis pembacaan Asmaul Husna, taushiyah yang menyejukkan, merindukan, dan mengena. Beliau juga memberikan waktu khusus untuk Shalat Dhuha selama satu jam pelajaran setelah pembacaan Asmaul Husna. Dan memang, hasilnya dahsyat! Tak hanya cerdas dalam pelajaran, kami pun meningkat dalam hal ibadah. Beliau, sebagai Kepala Sekolah, sangat dekat kepada kami, beliau tak segan berkumpul bersama kami, terutama saat Shalat Dhuha, beliau pun kembali bertaushiyah kepada kami, dan tak satupun dari kami yang lelah mendengarnya.
Begitulah beliau. Bahkan beliau pun bersama Ayasha (seorang Trainer ESQ) menulis sebuah buku yang sangat tipis namun penuh ilmu, yang bertajuk “Mengubah yang Biasa Menjadi Luar Biasa”, sebuah buku yang mengajarkan kami akan “peminjaman” kekuatan Tuhan lewat ibadah. Dan memang, buku itu begitu luar biasa seluar biasa penulisnya.
Dan itulah mereka, ketiga sosok guru yang amat melekat bagi saya, ketiga sosok guru yang sangat luar biasa, dan ketiga guru yang paling saya rindukan.
Ketiga guru tadi adalah sebagian kecil di antara jutaan guru luar biasa lainnya di Indonesia. Selayaknya kita berterima kasih kepada mereka.
Maka, saya ucapkan doa bagi mereka, mereka yang ikhlas mengajari kami, tulus meluangkan waktu, menggunakan tenaga dan pikiran bagi kita semua.
Maka, Bapak Guru, Ibu Guru...
Terima kasih, terima kasih atas segala pengorbanan Bapak Ibu guru semua. Meski Bapak Ibu Guru disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, namun jasa Bapak Ibu Guru sangat besar dan bermakna bagi kami.
Dengan cinta, kuucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu Guru.
(Tulisan ini mendapat predikat Juara 1 di "Lomba Menulis Essay Online Spesial Hari Guru" yang diadakan Forum Education Kaskus, keterangan lebih lengkap dapat dilihat di sini)
images-cr: fajrul-mutaqin.blogspot.com |
Berbicara tentang guru, tentang mereka yang luar biasa, tentang mereka yang tak kenal lelah dalam membimbing Sang Pencari Ilmu, tentang mereka yang senang saat anak didikannya sukses, tentang mereka yang turut bersedih saat putra-putri bimbingannya gagal namun tetap memberi semangat, tentang mereka yang bagaikan orang tua di sekolah, tentang mereka yang rela meluangkan waktu berharganya, tenaganya, dan pikiran luasnya demi murid-muridnya, tentang mereka yang begitu banyak jasanya, tentang mereka yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa...
Guru, kata yang terbilang pendek untuk mereka yang besar jasanya.
Siapapun, tentunya memiliki sosok guru yang lekat dalam ingatannya, ia lekat karena keikhlasan hatinya mengajarkan apa yang ia tahu, ia lekat karena ketulusan perilakunya yang menjadi contoh. Dan guru seperti ini tentu berbeda-beda bagi setiap orang, mungkin ia adalah guru matematika anda, mungkin ia adalah guru fisika anda, mungkin ia adalah guru Bahasa Indonesia anda, atau siapapun ia, namun sosok guru adalah orang yang begitu dekat dalam kehidupan kita. Kita mengenal guru –guru dalam pendidikan formal- sejak kita masih berada di Taman Kanak-kanak (TK), merekalah yang membuat kita nyaman bersekolah, kita lalu mengenalnya saat berada di Sekolah Dasar (SD), mereka turut mengajari kita membaca, berhitung, dan menulis di samping orang tua kita, lalu guru-guru kita di jenjang-jenjang berikutnya pun, mereka memberi pengajaran bagi kita, mereka berbagi ilmu dengan kita, bahkan mereka pun terkadang menjadi teman curhat kita, ah sungguh fleksibel sosok guru ini. Merekalah pelita kita saat kegelapan, merekalah penunjuk jalan kita.
Maka mereka layaknya matahari yang membakar semangat murid-muridnyanya,
maka mereka bagaikan hujan yang menyegarkan murid-muridnya,
maka mereka bagaikan matahari dan hujan yang menumbuhkan benih-benih kecerdasan dalam diri kita
Dan terkait tentang guru, tentunya saya pun memiliki pengalaman tersendiri, puluhan bahkan beratus guru yang pernah saya temui dari TK sampai sekarang di SMA, banyak kenangan yang dimiliki, baik kenangan yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, namun itu tetaplah hal yang luar biasa. Begitu pun saya, saya pun memiliki kenangan yang luar biasa dengan guru-guru saya, dan di antara guru-guru itu, ada sosok-sosok guru yang melekat dalam pikiran saya.
Yang pertama, saya teringat akan seorang guru Matematika saya di salah satu SMP di Bandung, Bapak Senen Supardjo namanya, beliau sosok yang luar biasa, beliau sosok yang cerdas, beliau adalah orang yang menjungkirbalikkan pikiran saya tentang Matematika.
Seperti kebanyakan orang, pada mulanya saya tak terlalu menyukai Matematika, pelajaran yang sebenarnya menarik ini. Di kelas VII dan VIII SMP, meski nilai Matematika saya tak jelek, namun tetap saya tak menyukai Matematika dan cukup sebal dengan mata pelajaran ini. Namun ini berubah saat saya berada di kelas IX SMP, tingkatan tertinggi di SMP.
Dengan cara mengajar yang berbeda dari guru lainnya, Pak Senen ini sudah mengubah pandangan saya akan Matematika, yang dulunya Matematika nampak tak menyenangkan menjadi menyenangkan dan menarik bagi saya.
Beliau adalah guru yang memiliki cara mengajar yang berbeda. Hampir di setiap pertemuan, beliau mengeluarkan laptopnya, lalu seringkali ia memperdengarkan musik dari laptopnya tersebut. Beliau pun memperbolehkan kami makan sambil memperhatikan pemaparannya –satu hal yang jarang sekali diperbolehkan oleh kebanyakan guru. Tak jarang, teman-teman saya bahkan meminta beberapa lagu dari laptopnya. Beliau pun seringkali menjadi teman curhat bagi kawan-kawan saya. Beliau, dekat memang.
Dengan cara mengajar yang berbeda, dan sikapnya yang santun dan ramah, maka setiap murid yang diajari oleh beliau sangat menyukainya. Beliau menyemangati muridnya, beliau senantiasa tersenyum kepada muridnya, bahkan yang sangat menarik adalah beliau menanyakan nama panggilan murid-murdinya, sehingga beliau sering memanggil muridnya dengan panggilan kesukaan muridnya, dan inilah yang semakin mendekatkan beliau dengan kami.
Ah bisa berlinang air mata bila mengingat beliau.
Belum cukup sampai di situ, hal lainnya yang paling luar bisa adalah ketika beliau memberikan tambahan pelajaran gratis bagi murid-muridnya, beliau kelompokkan mereka yang ingin belajar dengannya, dan mengajar kami tak kenal lelah, padahal beliau adalah salah satu Wakil Kepala Sekolah, bahkan saat mendekati Ujian Nasional, hingga larut malam beliau mengajari kami.
Lalu, saat kelas IX tentunya lazim terdapat pemantapan pelajaran bagi siswa kelas IX, dan beliau selaku Wakasek Bidang Kurikulum pun menyiapkan strategi yang begitu jitu, meski sempat terkendala masalah dana untuk pemantapan dan Try Out, namun ini ternyata tetap berjalan, bahkan dengan menggunakan uang pribadi guru-guru. Maka dengan sistem kelas pemantapan dan ruangan Try Out yang berbeda-beda (sesuai hasil Try Out), serta intensitas Try Out yang bervariasi (IPA sekitar delapan atau sembilan kali Try Out, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sekitar enam sampai delapan kali Try Out serta Matematika sepuluh kali Try Out) yang diterapkannya, berdampak fantastis bagi hasil Ujian Nasional kami. Puluhan siswa mendapat nilai Matematika 100, begitu pun dengan mata pelajaran lainnya, kecuali Bahasa Indonesia dengan nilai tertinggi sekitar 90-an.
Dan masih teringat dalam ingatan saya, ketika pada suatu malam, yaitu tepat malam hari sebelum pengumuman hasil Ujian Nasional, saya memperbincangkan mengenai hasil Ujian Nasional ini dengan beberapa teman saya melalui Yahoo! Messenger, hingga akhirnya saya Sign Out terlebih dulu, dan tertidur. Dan alangkah bahagia dan kagetnya saat keesokan harinya, saat saya terbangun dari tidur, satu SMS masuk ke Inbox Handphone saya, ternyata dari Pak Senen, beliau mengabarkan tentang hasil Ujian Nasional saya yang kata-katanya sebagai berikut: “Alhamdulillah, selamat, lulus dg jml nilai UN 37,05 dan mat 10,00 . SENEN S”. Bahkan SMS ini masih ada di dalam folder Saved Message Inbox di Handphone saya.
Luar biasanya beliau, beliau tak hanya pandai dalam mengajari kami Matematika, namun beliau juga adalah seorang yang taat dalam beragama, beliau pun adalah salah satu Khatib Shalat Jumat di SMP kami, dan cukup sering memberi nasihat kepada kami.
Begitulah beliau, sosok luar biasa, bahkan banyak di antara kami yang merindukan beliau, dan merindukan diajari Matematika oleh beliau. Luar biasa!
Lain Pak Senen lain pula dengan guru saya yang satu ini, kali ini beliau adalah guru Bahasa Inggris saya, dan masih di SMP yang sama. Beliau merupakan Walikelas saya, Ibu Eli Entin namanya, seringkali disingkat menjadi Bu Ellen. Tak jauh berbeda dengan Pak Senen, Bu Ellen ini memiliki kedekatan yang luar biasa dengan murid-muridnya dan memang itulah salah satu tugas Walikelas. Namun apa yang membuat beliau memiliki kenangan penting bagi saya? Karena, beliaulah guru yang sangat dekat dan ikhlas membantu kami. Beliau tak hanya membantu dalam hal pengajaran, namun dalam hal mental kami. Beliau mendata nomor handphone kami, lalu setiap sekitar pukul dua sampai pukul tiga dini hari, beliau selalu membangunkan kami lewat Missed Call-nya. Beliau membangunkan kami setiap malam, dan alhamdulillah, banyak di antara kami yang Shalat Tahajjud dan dilanjutkan dengan belajar di waktu-waktu tersebut.
Begitulah, luar biasanya guru-guru kami ini. Di setiap Idul Fitri, maka saya selalu mengirimkan SMS kepada mereka berdua, dan alhamdulillah mereka membalasnya dan itu sangat menyejukan bagi saya.
Ah luar biasanya mereka.
Terakhir, saya memiliki satu guru lagi yang luar biasa, beliau masih di SMP yang sama dengan dua guru yang saya ceritakan sebelumnya. Namun, beliau adalah sosok tertinggi dan sosok yang paling dicintai di sekolah itu, beliau adalah Kepala Sekolah kami, Pak Agus Suhara namanya. Beliau Kepala Sekolah yang luar biasa, beliau memberi pendekatan Agama dalam mendidik murid-muridnya. Beliau memberi perubahan dahsyat bagi kami.
Beliau mengadakan program pembacaan Asmaul Husna di setiap pagi, dan memberikan taushiyah di hampir setiap kesempatan sehabis pembacaan Asmaul Husna, taushiyah yang menyejukkan, merindukan, dan mengena. Beliau juga memberikan waktu khusus untuk Shalat Dhuha selama satu jam pelajaran setelah pembacaan Asmaul Husna. Dan memang, hasilnya dahsyat! Tak hanya cerdas dalam pelajaran, kami pun meningkat dalam hal ibadah. Beliau, sebagai Kepala Sekolah, sangat dekat kepada kami, beliau tak segan berkumpul bersama kami, terutama saat Shalat Dhuha, beliau pun kembali bertaushiyah kepada kami, dan tak satupun dari kami yang lelah mendengarnya.
Begitulah beliau. Bahkan beliau pun bersama Ayasha (seorang Trainer ESQ) menulis sebuah buku yang sangat tipis namun penuh ilmu, yang bertajuk “Mengubah yang Biasa Menjadi Luar Biasa”, sebuah buku yang mengajarkan kami akan “peminjaman” kekuatan Tuhan lewat ibadah. Dan memang, buku itu begitu luar biasa seluar biasa penulisnya.
Dan itulah mereka, ketiga sosok guru yang amat melekat bagi saya, ketiga sosok guru yang sangat luar biasa, dan ketiga guru yang paling saya rindukan.
Ketiga guru tadi adalah sebagian kecil di antara jutaan guru luar biasa lainnya di Indonesia. Selayaknya kita berterima kasih kepada mereka.
Maka, saya ucapkan doa bagi mereka, mereka yang ikhlas mengajari kami, tulus meluangkan waktu, menggunakan tenaga dan pikiran bagi kita semua.
Maka, Bapak Guru, Ibu Guru...
Terima kasih, terima kasih atas segala pengorbanan Bapak Ibu guru semua. Meski Bapak Ibu Guru disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, namun jasa Bapak Ibu Guru sangat besar dan bermakna bagi kami.
Dengan cinta, kuucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu Guru.
(Tulisan ini mendapat predikat Juara 1 di "Lomba Menulis Essay Online Spesial Hari Guru" yang diadakan Forum Education Kaskus, keterangan lebih lengkap dapat dilihat di sini)
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas