بسم الله الرØمن الرØيم
Tahun 2008, seorang pemuda Jawa yang berkuliah ke Mesir menggemparkan Indonesia dengan kisah cintanya yang unik, penuh cobaan namun manis. Kisah cintanya pula yang ikut mempopulerkan istilah "Ta'aruf" dalam proses menuju pernikahan. Namanya adalah Fahri bin Abdullah, ia tentu bukan seorang tokoh nyata, namun merupakan tokoh fiksi kreasi Habiburrahman El Shirazy, salah satu novelis dengan buku-buku berlabel best-seller di Indonesia. Fahri merupakan tokoh utama dari novel Ayat-ayat Cinta yang terbit tahun 2003, kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama dan disutradai Hanung Bramantyo. Filmnya bisa dikatakan cukup meledak, kisah percintaan yang haru, ditambah dengan nilai-nilai islami yang diperlihatkan. Memang ada perbedaan yang kentara antara film dan novelnya, dari segi cerita, novel tentu menghadirkan kisah yang lebih lengkap.
Dua belas tahun berselang, Kang Abik -panggilang akrab Habiburrahman El Shirazy- melanjutkan kisah Fahri dalam novel terbarunya, Ayat-ayat Cinta 2. Novel ini tentu masih menceritakan kisah Fahri dan orang-orang di sekelilingnya.
***
University of Edinburgh |
Fahri kini dikisahkan sedang menempuh jenjang post-doc di University of Edinburgh, Skotlandia. Ia tinggal di kawasan Stoneyhill Grove. Kehidupannya kini telah sangat mapan dan bisa dibilang kaya, ia memiliki beberapa usaha dari mulai butik, minimarket hingga restoran halal. Kondisi ini tentu jauh berbeda dibanding saat ia berkuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Di lembar-lembar awal atau di beberapa bab awal, Kang Abik berhasil membuat penasaran akan Aisha, istri Fahri yang tak juga muncul di novel tersebut, hingga pada akhirnya Fahri dan juga Paman Hulusi (pembantu dan sopir Fahri) yang mengisahkan ke mana Aisha. Selain itu, tentunya banyak karakter-karakter baru yang muncul di novel kedua ini, dari mulai tetangga-tetangga Fahri, civitas kampusnya, para pegawainya serta beberapa karakter-karakter lain yang membuat novel ini semakin seru untuk dibaca.
Secara garis besar, isu atau tema besar yang diangkat adalah mengenai Islamofobia, isu yang begitu kencang melanda Barat sejak peristiwa 9/11 tahun 2001 lalu di Amerika Serikat. Hal ini langsung terasa dalam novel seperti perlakuan yang diterima Fahri oleh tetangganya yang begitu membenci orang Muslim.
Novel Ayat-ayat Cinta 2 |
Selain itu, Ayat-ayat Cinta 2 -utamanya melalui Fahri- seolah ingin menunjukkan bagaimana seharusnya pribadi Muslim yang baik. Seorang Muslim yang baik tak hanya ia yang begitu rajin dalam ibadah mahdhah nya (seperti yang ditunjukkan Fahri: shalat berjamaah awal waktu, membaca Al-Quran, memelihara sunnah, menjaga hafalan Al-Quran, selalu berdzikir dan sebagainya), namun juga berakhlak mulia, baik kepada sesama kaum Muslim ataupun kepada mereka yang bukan Muslim. Fahri mencontohkan bagaimana seharusnya seorang Muslim memperlakukan tetangga mereka, bahkan jika tetangga kita bukan seorang Muslim. Nenek Catarina, seorang perempuan Yahudi tua yang tinggal bersebelahan dengan Fahri begitu ia perhatikan, bahkan ia sempat mengantarkan Nenek Catarina untuk beribadah di Sinagog. Sekilas, ini mengingatkan saya akan kisah Rasulullah yang terus berbuat baik kepada seorang Yahudi yang selalu menyakitinya di Madinah, bedanya Nenek Catarina ini tidak menyakiti Fahri.
Lalu, selain kedua hal tadi, Fahri menunjukkan bahwa seorang Muslim haruslah bisa lebih baik dari mereka yang bukan Muslim. Etos kerja Fahri dalam menyelesaikan tugas post-doc menjadi salah satu gambaran. Ia berkata bahwa apabila orang-orang di sana belajar sekian jam, maka ia harus belajar lebih giat lagi daripada mereka. Ia pula menunjukkan bahwa seorang Muslim bisa bersikap tawazzun atau seimbang. Ia adalah seorang yang sangat paham akan agama, berakhlak baik, seorang akademisi yang rendah hati namun cakap, ia pula seorang tetangga dan kawan yang baik, serta ia pandai pula menjadi seorang wirausaha suskes. Saat membaca Ayat-ayat Cinta 2 (serta Ayat-ayat Cinta), "kesempurnaan" Fahri begitu menonjol, bahkan mungkin sebagian orang merasa sosok Fahri ini begitu sempurna, namun memang begitulah seharusnya seorang Muslim bersikap. Bisa berbuat seimbang dalam kehidupannya, sukses dalam hal dunia serta terus menjaga amalan-amalannya. Bisa jadi memang, sosok Fahri ini terlihat sempurna karena kita melihat dengan kondisi kita di Indonesia, yang mungkin akan sangat jarang ditemui sosok Fahri, namun bisa jadi di luar negeri sosok seperti Fahri tak jarang ditemui.
Membaca Ayat-ayat Cinta 2 ini kita tidak hanya disuguhkan dengan kisah Fahri di Edinburgh serta pribadinya. Novel ini juga menyuguhkan akan cinta sejati dan kesabaran akan kerinduan terhadap orang yang dikasihi dan disayangi. Kisah cinta Fahri dan Aisha masih berlanjut dengan debar yang berbeda. Tokoh-tokoh lain seperti Hulya (sepupu Aisha) dan Heba pun turut menghiasi kisah Fahri. Belum lagi adanya sosok Sabina, Keira serta Jason yang menambah serunya kisah novel ini.
Ayat-ayat Cinta 2 juga memberikan berbagai nasihat tanpa menggurui pembaca. Referensi-referensi Kang Abik yang diambil dari berbagai kitab juga menambah kayanya ilmu yang bisa diambil dari novel ini. Begitu juga dengan perdebatan-perdebatan yang muncul di novel ini beserta argumen-argumen Fahri yang cukup masuk akal dan sejalan dengan kehidupan nyata.
Singkatnya, Ayat-ayat Cinta 2 adalah novel pembangun jiwa yang cukup komplit, ia berkisah tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap dan berperilaku, ada pula kisah cinta, ada ilmu-ilmu yang disampaikan dengan cara yang begitu ringan, hingga argumen-argumen dalam isu islamofobia yang cukup relevan, hingga akhirnya novel setebal lebih dari 600 halaman ini lezat untuk dibaca.
***
Akhirnya, entah apakah nantinya Ayat-ayat Cinta 2 ini akan difilmkan seperti jilid pertamanya atau tidak, namun tentunya novel ini layak dibaca melihat kelengkapan isinya. Selain itu tentunya semoga akan ada novelis-novelis Islami lain yang menerbitkan karya-karya hebatnya selain Kang Abik sehingga novel Islami ataupun karya sastra Islam lainnya bisa lebih terlihat lagi di negeri ini dan memberikan dampak yang positif bagi penikmatnya.
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas