بسم الله الرØمن الرØيم
Tentang Kegelisahan.
Gelisah, atau perasaan tidak tenteram dan tidak tenang dalam hati kita. Barangkali sering kita merasa gelisah, entah karena sedang dilanda masalah, menunggu sesuatu atau pun karena terkait lingkungan sekitar. Gelisah tak selalu berakibat tidak baik, memang ketidaktenangan, ketidaktenteraman bisa menganggu kita, maka di sinilah bagaimana cara kita untuk menyelesaikannya.
Gelisah bisa jadi berakibat baik. Saya kira banyak hal yang jika kita lihat bermula dari kegelisahan.
"Mulailah dari kegelisahan-kegelisahan yang kita rasakan," saya teringat kata-kata penulis buku mengenai bagaimana agar bisa menulis. Kegelisahan, itulah salah satunya. Ia, penulis, gelisah akan kondisi yang terjadi di masyarakat misalnya, maka ia menulis buku, mencurahkan pikirannya atas kondisi ini dan menjabarkan pendapat dan mungkin usul solusi atasnya.
"Mulai dari kegelisahan yang lu rasakan," begitu juga ujar Raditya Dika ketika membagi tips seputar materi Stand Up Comedy miliknya. Kegelisahan itu diubah menjadi sebuah narasi dan komedi cerdas, kadang menyentil namun dengan cara yang menyindir.
Kegelisahan.
Itu juga yang dirasakan Muhammad bin Abdullah. Ia gelisah akan kondisi masyarakat Makkah di awal tahun 600-an Masehi. Ia gelisah akan moral masyarakat Makkah, adanya ketidakjelasan dalam hal pernikahan, adanya kerusakan moral dengan begitu mudahnya terjadi pelacuran. Ada kegelisahan atas penyembahan dan persembahan pada berhala-berhala yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat. Ada kegelisahan akan masyarakat yang tersulut emosi lalu kadang berperang saudara. Maka ia memutuskan untuk beruzlah, uzlah, yakni mengasingkan diri untuk menenteramkan hati dan pikiran, sekaligus memikirkan kondisi masyarakat. Maka Muhammad pergi ke Gua Hira hingga akhirnya Allah memilihnya menjadi Rasulullah, utusan Allah, tak hanya untuk masyarakat Makkah, namun untuk manusia seluruhnya.
Kegelisahan.
Maka para ulama menulis buku-buku untuk umat, menggerakkan umat untuk bersatu kembali. Langkah ini seperti para ulama yang menulis berbagai buku untuk menggelorakan semangat persatuan dan jihad kala pasukan Nasrani atas perintah Paus Urbanus II menyerbu negeri-negeri Muslim di Perang Salib.
Kegelisahan.
Barangakali itu pula yang dirasakan Soekarno, Hatta dan para pejuang kemerdekaan lainnya. Mudah bagi Soekarno untuk hidup enak dan berkecukupan andaikan ia memilih meneruskan pekerjaannya selepas lulus bergelar Ingenieur (Insinyur) dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB sekarang). Namun ia gelisah akan kondisi bangsanya yang dijajah Belanda sekian lamanya. Kegelisahan akan posisi pribumi yang dianggap rendah dan tak memiliki hak seutuhnya sebagai suatu bangsa. Maka ia memilih untuk berjuang memerdekakan negeri ini, meski harus mengalami pembuangan, pengasingan, tahanan rumah, dipenjara, hidup susah dan sebagainya.
Jalan yang tak jauh beda dengan Hatta. Ia mestinya bisa hidup tak repot-repot andaikata selepas berkuliah di Belanda ia memilih bekerja untuk mereka. Namun tidak, pilihannya jatuh untuk memperjuangkan bangsa ini. Maka ia bergerak bahkan semenjak berkuliah di Belanda, aktif sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda, tak jarang pula ia mewakili PI di forum-forum internasional dan menunjukkan bahwa orang Indonesia bukanlah orang kecil yang pantas untuk ditindas. Maka sama seperti Soekarno, ia pun rela untuk mengalami pengasingan dan serangkaian tekanan dari Belanda.
Kegelisahan.
Maka itulah kukira yang menggerakkan berbagai macam komunitas, gerakan untuk berbakti pada negeri. Kegelisahan akan kondisi moral anak bangsa, kegelisahan akan kondisi kemiskinan, pendidikan yang kurang serta ketidakmakmuran yang terjadi di pelosok-pelosok negeri.
Kegelisahan pula yang barangkali membuat berbagai macam lembaga berusaha untuk membina generasi muda agar menjadi pemimpin masa depan negeri ini.
Maka, gelisah, terkadang membuat kita bergerak untuk menyelesaikan masalah yang membuat kita gelisah. Carilah mereka yang mempunyai kegelisahan serupa, lalu bergeraklah dan selesaikan masalah itu. Hingga pada akhirnya kegelisahan kita berubah menjadi gerakan solusi dan sebuah penyelesaian atas masalah.
Maka bergelisahlah atas kondisi sekitar kita yang tak beres, lalu bersama menyelesaikan permasalahan, menjadi seorang yang memulai solusi dan kontribusi.
Selamat merenung atas kegelisahan dan bergerak untuk sebuah solusi, kontribusi, dan perubahan!
image-cr: monster-bego.blosgpot.com |
Gelisah, atau perasaan tidak tenteram dan tidak tenang dalam hati kita. Barangkali sering kita merasa gelisah, entah karena sedang dilanda masalah, menunggu sesuatu atau pun karena terkait lingkungan sekitar. Gelisah tak selalu berakibat tidak baik, memang ketidaktenangan, ketidaktenteraman bisa menganggu kita, maka di sinilah bagaimana cara kita untuk menyelesaikannya.
Gelisah bisa jadi berakibat baik. Saya kira banyak hal yang jika kita lihat bermula dari kegelisahan.
"Mulailah dari kegelisahan-kegelisahan yang kita rasakan," saya teringat kata-kata penulis buku mengenai bagaimana agar bisa menulis. Kegelisahan, itulah salah satunya. Ia, penulis, gelisah akan kondisi yang terjadi di masyarakat misalnya, maka ia menulis buku, mencurahkan pikirannya atas kondisi ini dan menjabarkan pendapat dan mungkin usul solusi atasnya.
"Mulai dari kegelisahan yang lu rasakan," begitu juga ujar Raditya Dika ketika membagi tips seputar materi Stand Up Comedy miliknya. Kegelisahan itu diubah menjadi sebuah narasi dan komedi cerdas, kadang menyentil namun dengan cara yang menyindir.
Kegelisahan.
Itu juga yang dirasakan Muhammad bin Abdullah. Ia gelisah akan kondisi masyarakat Makkah di awal tahun 600-an Masehi. Ia gelisah akan moral masyarakat Makkah, adanya ketidakjelasan dalam hal pernikahan, adanya kerusakan moral dengan begitu mudahnya terjadi pelacuran. Ada kegelisahan atas penyembahan dan persembahan pada berhala-berhala yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat. Ada kegelisahan akan masyarakat yang tersulut emosi lalu kadang berperang saudara. Maka ia memutuskan untuk beruzlah, uzlah, yakni mengasingkan diri untuk menenteramkan hati dan pikiran, sekaligus memikirkan kondisi masyarakat. Maka Muhammad pergi ke Gua Hira hingga akhirnya Allah memilihnya menjadi Rasulullah, utusan Allah, tak hanya untuk masyarakat Makkah, namun untuk manusia seluruhnya.
Kegelisahan.
Maka para ulama menulis buku-buku untuk umat, menggerakkan umat untuk bersatu kembali. Langkah ini seperti para ulama yang menulis berbagai buku untuk menggelorakan semangat persatuan dan jihad kala pasukan Nasrani atas perintah Paus Urbanus II menyerbu negeri-negeri Muslim di Perang Salib.
Kegelisahan.
Barangakali itu pula yang dirasakan Soekarno, Hatta dan para pejuang kemerdekaan lainnya. Mudah bagi Soekarno untuk hidup enak dan berkecukupan andaikan ia memilih meneruskan pekerjaannya selepas lulus bergelar Ingenieur (Insinyur) dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB sekarang). Namun ia gelisah akan kondisi bangsanya yang dijajah Belanda sekian lamanya. Kegelisahan akan posisi pribumi yang dianggap rendah dan tak memiliki hak seutuhnya sebagai suatu bangsa. Maka ia memilih untuk berjuang memerdekakan negeri ini, meski harus mengalami pembuangan, pengasingan, tahanan rumah, dipenjara, hidup susah dan sebagainya.
Jalan yang tak jauh beda dengan Hatta. Ia mestinya bisa hidup tak repot-repot andaikata selepas berkuliah di Belanda ia memilih bekerja untuk mereka. Namun tidak, pilihannya jatuh untuk memperjuangkan bangsa ini. Maka ia bergerak bahkan semenjak berkuliah di Belanda, aktif sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda, tak jarang pula ia mewakili PI di forum-forum internasional dan menunjukkan bahwa orang Indonesia bukanlah orang kecil yang pantas untuk ditindas. Maka sama seperti Soekarno, ia pun rela untuk mengalami pengasingan dan serangkaian tekanan dari Belanda.
Kegelisahan.
Maka itulah kukira yang menggerakkan berbagai macam komunitas, gerakan untuk berbakti pada negeri. Kegelisahan akan kondisi moral anak bangsa, kegelisahan akan kondisi kemiskinan, pendidikan yang kurang serta ketidakmakmuran yang terjadi di pelosok-pelosok negeri.
Kegelisahan pula yang barangkali membuat berbagai macam lembaga berusaha untuk membina generasi muda agar menjadi pemimpin masa depan negeri ini.
Maka, gelisah, terkadang membuat kita bergerak untuk menyelesaikan masalah yang membuat kita gelisah. Carilah mereka yang mempunyai kegelisahan serupa, lalu bergeraklah dan selesaikan masalah itu. Hingga pada akhirnya kegelisahan kita berubah menjadi gerakan solusi dan sebuah penyelesaian atas masalah.
Maka bergelisahlah atas kondisi sekitar kita yang tak beres, lalu bersama menyelesaikan permasalahan, menjadi seorang yang memulai solusi dan kontribusi.
Selamat merenung atas kegelisahan dan bergerak untuk sebuah solusi, kontribusi, dan perubahan!
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas