بسم الله الرØمن الرØيم
Rihlah Dakwah barangkali buku kedua Salim A. Fillah yang berisi kumpulan tulisannya dari sosial media (di sini dikumpulkan dari akun Instagram beliau). Sebelumnya, cuitannya di akun Twitter pun pernah dibukukan di "Menyimak Kicau Merajut Makna".
Karenanya, meski pembahasan dalam buku ini begitu menarik dengan membahas berbagai macam tempat, peristiwa, makanan hingga minuman dengan gaya penuturan beliau yang khas, namun di banyak tulisan tidak akan kita dapati bahasan lebih mendalam. Hal ini pun seperti akuan penulisnya bahwa catatan-catatannya ini amat sedikit dan tidak lengkap dibanding yang beliau harapkan, hal ini karena keterbatasan tempat dan waktu untuk beliau untuk menuliskan catatan yang jauh lebih rinci.
Buku ini terbagi menjadi dua bagian, satu bagian mengenai Nusantara (dan Islam di dalamnya tentunya), membahas berbagai macam dari mulai kerajaan-kerajaan, pakaian, kebudayaan dan lainnya yang ditilik dari sejarah dan masih bersambung dengan dunia Islam. Tak ketinggalan pembahasan beliau terkait hubungan kerajaan Islam di Indonesia dengan Kekhalifahan Turki Utsmani, tentang Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, beberapa Sultan Hamengkubowono serta mengenai Yogyakarta sebagai kota kelahiran dan tempat tinggalnya.
Sementara di bagian kedua, berisi mengenai "Rihlah Dakwah" beliau ke berbagai negara, utamanya saat beliau diundang ke berbagai negara: Swiss, Austria, Inggris dan negeri lainnya. Dengan pengetahuan beliau yang luas (dan lagi-lagi gaya penuturannya yang khas), maka kita seolah dipandu secara langsung olehnya seraya menikmati tempat-tempat yang sedang dituju, meski -sekali lagi- terkadang pembahasan tidak begitu mendalam.
Maka, bagi saya ini mungkin layaknya jurnal perjalanan beliau dalam kesempatannya berdakwah ke berbagai daerah di Indonesia dan berbagai negeri di luar sana. Sebagaimana yang disebutkan penulisnya, ada kecemburuan kepada Hud-Hud, burung kecil yang menempuh jarak total 6.000 km bolak-balik dari Kan'an ke Saba' untuk mengabarkan dan menyampaikan pesan dari Sulaiman 'alaihissalam kepada Ratu Bilqis yang negerinya makmur namun membuat matahari sebagai sembahannya.
Lalu, seperti yang dituliskannya dalam pengantar, insya Allah akan ada pembahasan lebih serius dari apa yang dituliskannya dari buku ini. Maka sembari menunggu tulisannya, marilah menikmati rakam jejak rihlah dakwah beliau melalui bukunya ini.
Selamat ber-rihlah, selamat melawat berburu nikmat.
Karenanya, meski pembahasan dalam buku ini begitu menarik dengan membahas berbagai macam tempat, peristiwa, makanan hingga minuman dengan gaya penuturan beliau yang khas, namun di banyak tulisan tidak akan kita dapati bahasan lebih mendalam. Hal ini pun seperti akuan penulisnya bahwa catatan-catatannya ini amat sedikit dan tidak lengkap dibanding yang beliau harapkan, hal ini karena keterbatasan tempat dan waktu untuk beliau untuk menuliskan catatan yang jauh lebih rinci.
Buku ini terbagi menjadi dua bagian, satu bagian mengenai Nusantara (dan Islam di dalamnya tentunya), membahas berbagai macam dari mulai kerajaan-kerajaan, pakaian, kebudayaan dan lainnya yang ditilik dari sejarah dan masih bersambung dengan dunia Islam. Tak ketinggalan pembahasan beliau terkait hubungan kerajaan Islam di Indonesia dengan Kekhalifahan Turki Utsmani, tentang Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, beberapa Sultan Hamengkubowono serta mengenai Yogyakarta sebagai kota kelahiran dan tempat tinggalnya.
Sementara di bagian kedua, berisi mengenai "Rihlah Dakwah" beliau ke berbagai negara, utamanya saat beliau diundang ke berbagai negara: Swiss, Austria, Inggris dan negeri lainnya. Dengan pengetahuan beliau yang luas (dan lagi-lagi gaya penuturannya yang khas), maka kita seolah dipandu secara langsung olehnya seraya menikmati tempat-tempat yang sedang dituju, meski -sekali lagi- terkadang pembahasan tidak begitu mendalam.
Maka, bagi saya ini mungkin layaknya jurnal perjalanan beliau dalam kesempatannya berdakwah ke berbagai daerah di Indonesia dan berbagai negeri di luar sana. Sebagaimana yang disebutkan penulisnya, ada kecemburuan kepada Hud-Hud, burung kecil yang menempuh jarak total 6.000 km bolak-balik dari Kan'an ke Saba' untuk mengabarkan dan menyampaikan pesan dari Sulaiman 'alaihissalam kepada Ratu Bilqis yang negerinya makmur namun membuat matahari sebagai sembahannya.
Lalu, seperti yang dituliskannya dalam pengantar, insya Allah akan ada pembahasan lebih serius dari apa yang dituliskannya dari buku ini. Maka sembari menunggu tulisannya, marilah menikmati rakam jejak rihlah dakwah beliau melalui bukunya ini.
Selamat ber-rihlah, selamat melawat berburu nikmat.
Semoga berkah.
Wallahu'alam.
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas