بسم الله الرØمن الرØيم
[right-post]
Setelah sebelumnya saya berbagi mengenai first impression saya terhadap olahraga lari, kali ini saya ingin berbagi pengalaman sebulan pertama membiasakan olahraga lari plus persiapan menjelang lomba 5k pertama saya.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya mulai membiasakan olahraga lari ini sejak setelah lebaran. Hingga sekarang (awal Agustus), maka kurang lebih empat minggu saya merutinkan olahraga ini. Dimulai hanya berlari sekitar 2 kilo (waktu itu belum menggunakan tracking app), hingga sekarang naik terus mencapai 6 kilometer setiap sesi. Tentu saja, ini tidak bisa dibandingkan dengan pelari yang sudah bertahun-tahun berlatih, tapi bagi saya yang pelari pemula, jarak minimum 6 kilometer setiap sesi merupakan suatu keseruan.
Dua minggu pertama saya berlari tanpa menggunakan aplikasi tracking (berhubung sport armband belum datang) sehingga saya tidak tahu berapa jarak lari saya juga waktu serta kecepatan. Pun dengan sepatu yang masih memakai sepatu olahraga yang telah tipis outsole-nya. Waktu itu bukannya tidak ada keinginan untuk memiliki sepatu lari, namun keraguan bisa lari secara rutin menjadi penyebabnya, takutnya sudah beli sepatu lari tapi jarang digunakan.
Di minggu-minggu awal itulah saya giat mencari info tentang olahraga lari (sesekali saja, soalnya lagi skripsian juga :D), hingga akhirnya mendapatkan info mengenai sepatu, tracking app, pemanasan dan pendinginan sebelum lari hingga info lomba.
[info title="Tulisan Lain Tentang Lari" icon="info-circle"] Berlari, Tak Sesederhana yang Dikira
[/info]
Untuk tracking app, setelah mencari-cari review dan juga melihat forum kaskusrunners dan kaskusrunnersbandung, maka saya memilih Endomondo sebagai tracking app saya. Tentu saja yang free, untuk fitur premium mesti membayar Rp 75.000 per bulan atau sekitar Rp 350.000 per tahun.
Aplikasi seperti ini ternyata cukup penting, selain untuk mencatat sesi lari kita (jarak, durasi, pace, kecepatan, dan sebagainya), aplikasi ini juga cukup baik untuk memotivasi dalam lari juga untuk merutinkan lari. Fitur challenge dan pertemanan pun cukup ampuh untuk terus membiasakan lari. Hingga tulisan ini dibuat, memang baru enam kali saya berlari sambil menggunakan aplikasi, namun hasilnya cukup memuaskan, dalam artian termotivasi untuk berlari atau menambah jarak berlari (yang tidak boleh lebih dari 10% dari sesi lari sebelumnya). Dari enam sesi ini tercatat rata-rata pace paling cepat 6.46 min/km dan paling lambat 7.2 min/km dengan jarak maksimal 6 kilometer. Lagi-lagi, bagi saya yang pemula saya kira tidak terlalu buruk :D.
Namun tentunya perlu ditingkatkan jelang lomba 5k pertama saya (horeeeee!), meski tidak mengincar podium (baca: uang untuk pemenang 1, 2, dan 3), karena tentu saja sadar diri, namun tentu saja di lomba pertama ingin memberikan performa yang lebih baik ketimbang sesi latihan (yaa seenggaknya dapet finisher medal lah). Oh ya, lomba 5k pertama ini akan berlangsung 14 Agustus 2016, start dan finish di Balaikota Bandung. Yaa, insya Allah selepas lomba akan saya update lagi :D.
Catatan lari pun tidak terlupakan, karena katanya hal penting setelah sepatu lari adalah Running Log atau Running Diary. Saya menggunakan dua jenis, yakni printable running log dari Runnersworld juga Running Log yang dibuat sendiri di Excel. Tujuannya tentu untuk melihat capaian lari hingga motivasi untuk meningkatkan kecepatan atau jarak lari.
Lanjut ke sepatu, setelah berhari-hari browsing didapatkan ternyata harga sepatu begitu bervariasi, dari mulai 300 ribuan hingga jutaan rupiah. Merk luar negeri semacam Adidas, Nike, New Balance, Skechers atau Under Armour harganya bisa sampai jutaan rupiah. Paling murah pun bisa sampai 600 ribu rupiah. Mengingat budget yang tidak terlalu besar, maka saya mulai mencari alternatif merk lokal yang berkualitas, maka pilihannya ada dua, League / Legas dan Specs. Mulailah mencari harga kedua merk sepatu itu (tentunya sebelumnya sudah membaca terlebih dahulu mengenai jenis kaki serta sepatu), dan didapatkan harga kisaran 400 rb ke atas untuk League dan 250 rb hingga 450 rb untuk Specs. Tentu saja pilihan jatuh pada Specs, mengingat budget yang terbatas namun juga ada pengalaman memakai sepatu (futsal) Specs Accelerator Java yang tahan empat tahun.
Pilihan awal jatuh pada Vinson Massif, sepatu lari dengan bandrol Rp 299.000 yang (biasanya) diskon hingga menjadi Rp 249.000. Tapi, seperti yang sudah disampaikan bahwa dalam memilih sepatu fokus pada fungsi dan kenyamanan, bukan semata modelnya yang disukai (meski desain Vinson Massif hanya cukup bagus bagi saya). Hingga akhirnya saya memutuskan pergi ke toko olahraga Barcelona di Kosambi (Jl. Jendral Ahmad Yani), Bandung, salah satu toko olahraga yang sudah terkenal di Bandung. Seperti tips yang dijelaskan, maka saya pergi sore hari dan bahkan deal sebelum Maghrib.
Awal-awal sepatu yang saya lihat adalah Specs Cartenz, lalu Specs Makalu, hingga Specs Road Runner. Dari ketiga ini, Specs Road Runner paling ringan dan juga nyaman (jelas saja karena harganya yang paling mahal). Sebenarnya, masih ada lagi sepatu yang (sepertinya) lebih baik lagi, yakni Specs Road King. Namun, berhubung harga yang lebih mahal hingga akhirnya tidak jadi beli seri ini. Pilihan pun jatuh pada Specs Road Runner, meski awalnya secara warna tidak begitu suka (Opal-Green-Black), namun lagi-lagi mesti fokus pada kenyamanan, pun juga dicoba berjalan dan berlari kecil di toko (yang juga penuh dengan pembeli lain). Yap bungkus! Bandrol awal Rp 399.000 (sesuai harga dari Specs) namun diskon menjadi Rp 350.000. Harga yang sesuai dengan kenyamanan pemakaian serta begitu hampang alias ringan.
Oh ya, setelah browsing sana-sini maka sebagai pemula saya memutuskan lari tiga kali dalam sepekan, tepatnya Selasa, Kamis, dan Sabtu, sehingga ada jeda satu hari untuk istirahat. Bagusnya sih, ada Cross Training (CT) di hari Rabu dan/atau Minggu, bentuknya bisa bersepeda, renang, atau latihan kekuatan (strength). Nah, memang, setelah lihat sana-sini, kalau mau lebih serius, ya harus latihan lebih giat diselingi CT. Berhubung di awal-awal ini malah bingung dan takutnya malah gak ngapa-ngapain, jadinya baru merutinkan lari saja (yaa mungkin nanti dibiasakan bersepeda sepekan sekali). Pun dengan asupan makanan yang bagi saya cukup ribet untuk memenuhi asupan makanan yang benar (misal di saat tertentu harus banyakin karbohidrat, atau makanan yang cepat dicerna oleh badan, dll.), itupun belum dibiasakan. Yaa setahap demi setahap saja, mengejar kekonsitenan dulu sambil pelan-pelan memperbaiki yang lain.
Ah yaaa, Runners Diary atau catatan lari di blog ini dibuat semata-mata untuk berbagi, bukan sok-sok an, toh tentunya sadar diri belum lama membiasakan olahraga ini, namun sepengetahuan saya jarang ada yang menuliskannya di blog (mungkin kalau di forum atau grup-grup lari ada yang share, dan itu jauh lebih lengkap dengan tips-tipsnya, karena ditulis oleh mereka yang pro atau yang telah bertahun-tahun menekuni olahraga ini), maka saya coba berbagi, siapa tau menjadiracun motivasi bagi yang mau memulai lari atau sesama mereka yang baru awal-awal membiasakan lari.
YukLari! :)
Salaaam!
Semoga bermanfaat. :D
[right-post]
Ilustrasi lari. (Google) |
Setelah sebelumnya saya berbagi mengenai first impression saya terhadap olahraga lari, kali ini saya ingin berbagi pengalaman sebulan pertama membiasakan olahraga lari plus persiapan menjelang lomba 5k pertama saya.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya mulai membiasakan olahraga lari ini sejak setelah lebaran. Hingga sekarang (awal Agustus), maka kurang lebih empat minggu saya merutinkan olahraga ini. Dimulai hanya berlari sekitar 2 kilo (waktu itu belum menggunakan tracking app), hingga sekarang naik terus mencapai 6 kilometer setiap sesi. Tentu saja, ini tidak bisa dibandingkan dengan pelari yang sudah bertahun-tahun berlatih, tapi bagi saya yang pelari pemula, jarak minimum 6 kilometer setiap sesi merupakan suatu keseruan.
Dua minggu pertama saya berlari tanpa menggunakan aplikasi tracking (berhubung sport armband belum datang) sehingga saya tidak tahu berapa jarak lari saya juga waktu serta kecepatan. Pun dengan sepatu yang masih memakai sepatu olahraga yang telah tipis outsole-nya. Waktu itu bukannya tidak ada keinginan untuk memiliki sepatu lari, namun keraguan bisa lari secara rutin menjadi penyebabnya, takutnya sudah beli sepatu lari tapi jarang digunakan.
Di minggu-minggu awal itulah saya giat mencari info tentang olahraga lari (sesekali saja, soalnya lagi skripsian juga :D), hingga akhirnya mendapatkan info mengenai sepatu, tracking app, pemanasan dan pendinginan sebelum lari hingga info lomba.
[info title="Tulisan Lain Tentang Lari" icon="info-circle"] Berlari, Tak Sesederhana yang Dikira
[/info]
Untuk tracking app, setelah mencari-cari review dan juga melihat forum kaskusrunners dan kaskusrunnersbandung, maka saya memilih Endomondo sebagai tracking app saya. Tentu saja yang free, untuk fitur premium mesti membayar Rp 75.000 per bulan atau sekitar Rp 350.000 per tahun.
Aplikasi Endomondo |
Namun tentunya perlu ditingkatkan jelang lomba 5k pertama saya (horeeeee!), meski tidak mengincar podium (baca: uang untuk pemenang 1, 2, dan 3), karena tentu saja sadar diri, namun tentu saja di lomba pertama ingin memberikan performa yang lebih baik ketimbang sesi latihan (yaa seenggaknya dapet finisher medal lah). Oh ya, lomba 5k pertama ini akan berlangsung 14 Agustus 2016, start dan finish di Balaikota Bandung. Yaa, insya Allah selepas lomba akan saya update lagi :D.
Catatan lari pun tidak terlupakan, karena katanya hal penting setelah sepatu lari adalah Running Log atau Running Diary. Saya menggunakan dua jenis, yakni printable running log dari Runnersworld juga Running Log yang dibuat sendiri di Excel. Tujuannya tentu untuk melihat capaian lari hingga motivasi untuk meningkatkan kecepatan atau jarak lari.
Printable Running Log |
Lanjut ke sepatu, setelah berhari-hari browsing didapatkan ternyata harga sepatu begitu bervariasi, dari mulai 300 ribuan hingga jutaan rupiah. Merk luar negeri semacam Adidas, Nike, New Balance, Skechers atau Under Armour harganya bisa sampai jutaan rupiah. Paling murah pun bisa sampai 600 ribu rupiah. Mengingat budget yang tidak terlalu besar, maka saya mulai mencari alternatif merk lokal yang berkualitas, maka pilihannya ada dua, League / Legas dan Specs. Mulailah mencari harga kedua merk sepatu itu (tentunya sebelumnya sudah membaca terlebih dahulu mengenai jenis kaki serta sepatu), dan didapatkan harga kisaran 400 rb ke atas untuk League dan 250 rb hingga 450 rb untuk Specs. Tentu saja pilihan jatuh pada Specs, mengingat budget yang terbatas namun juga ada pengalaman memakai sepatu (futsal) Specs Accelerator Java yang tahan empat tahun.
Specs Vinson Massif |
Pilihan awal jatuh pada Vinson Massif, sepatu lari dengan bandrol Rp 299.000 yang (biasanya) diskon hingga menjadi Rp 249.000. Tapi, seperti yang sudah disampaikan bahwa dalam memilih sepatu fokus pada fungsi dan kenyamanan, bukan semata modelnya yang disukai (meski desain Vinson Massif hanya cukup bagus bagi saya). Hingga akhirnya saya memutuskan pergi ke toko olahraga Barcelona di Kosambi (Jl. Jendral Ahmad Yani), Bandung, salah satu toko olahraga yang sudah terkenal di Bandung. Seperti tips yang dijelaskan, maka saya pergi sore hari dan bahkan deal sebelum Maghrib.
Awal-awal sepatu yang saya lihat adalah Specs Cartenz, lalu Specs Makalu, hingga Specs Road Runner. Dari ketiga ini, Specs Road Runner paling ringan dan juga nyaman (jelas saja karena harganya yang paling mahal). Sebenarnya, masih ada lagi sepatu yang (sepertinya) lebih baik lagi, yakni Specs Road King. Namun, berhubung harga yang lebih mahal hingga akhirnya tidak jadi beli seri ini. Pilihan pun jatuh pada Specs Road Runner, meski awalnya secara warna tidak begitu suka (Opal-Green-Black), namun lagi-lagi mesti fokus pada kenyamanan, pun juga dicoba berjalan dan berlari kecil di toko (yang juga penuh dengan pembeli lain). Yap bungkus! Bandrol awal Rp 399.000 (sesuai harga dari Specs) namun diskon menjadi Rp 350.000. Harga yang sesuai dengan kenyamanan pemakaian serta begitu hampang alias ringan.
Specs Road Runner Opal-Green-Black |
Oh ya, setelah browsing sana-sini maka sebagai pemula saya memutuskan lari tiga kali dalam sepekan, tepatnya Selasa, Kamis, dan Sabtu, sehingga ada jeda satu hari untuk istirahat. Bagusnya sih, ada Cross Training (CT) di hari Rabu dan/atau Minggu, bentuknya bisa bersepeda, renang, atau latihan kekuatan (strength). Nah, memang, setelah lihat sana-sini, kalau mau lebih serius, ya harus latihan lebih giat diselingi CT. Berhubung di awal-awal ini malah bingung dan takutnya malah gak ngapa-ngapain, jadinya baru merutinkan lari saja (yaa mungkin nanti dibiasakan bersepeda sepekan sekali). Pun dengan asupan makanan yang bagi saya cukup ribet untuk memenuhi asupan makanan yang benar (misal di saat tertentu harus banyakin karbohidrat, atau makanan yang cepat dicerna oleh badan, dll.), itupun belum dibiasakan. Yaa setahap demi setahap saja, mengejar kekonsitenan dulu sambil pelan-pelan memperbaiki yang lain.
Ah yaaa, Runners Diary atau catatan lari di blog ini dibuat semata-mata untuk berbagi, bukan sok-sok an, toh tentunya sadar diri belum lama membiasakan olahraga ini, namun sepengetahuan saya jarang ada yang menuliskannya di blog (mungkin kalau di forum atau grup-grup lari ada yang share, dan itu jauh lebih lengkap dengan tips-tipsnya, karena ditulis oleh mereka yang pro atau yang telah bertahun-tahun menekuni olahraga ini), maka saya coba berbagi, siapa tau menjadi
YukLari! :)
Salaaam!
Semoga bermanfaat. :D
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas