بسم الله الرØمن الرØيم
Pertempuran dan Bantuan Allah
Setelah malam sebelumnya diguyur hujan yang menguatkan hati dan meneguhkan langkah kaum Muslimin, akhirnya pada Jumat, 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah, pertempuran antara dua pasukan ini pun pecah.
Berdoalah Rasulullah pada pagi hari itu,
Perkataan ini pun dijawab oleh Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 19.
Pertempuran pecah dengan dimulai duel antara Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah bin Abdul Muthalib, serta Ali bin Abi Thalib di pasukan muslimin, sementara Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan Al-Walid bin Utbah di pasukan kafir Quraisy. Ketiga orang ini terbunuh dan memberikan pukulan telak pada kafir Quraisy, karena tiga komandan mereka gugur sekaligus.
Pertempuran berlangsung hingga akhirnya Allah menurunkan bantuan dengan mengirimkan para malaikat secara bergelombang (lihat Al-Anfal ayat 9). Jibril pun turun dengan menunggangi Haizum (atau Jaizum), kudanya. Kaum Muslimin melancarkan serangan balik seraya Rasulullah memompa semangat dengan bersabda, "Demi diri Muhammad yang ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang di antara mereka berperang pada hari ini, berperang dengan sabar, mengharap keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, melainkan Allah memasukkannya ke dalam Surga. Bangkitlah menuju Surga, yang luasnya seluas langit dan bumi!"
Perang pun terus berlangsung hingga akhirnya kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran. Tercatat 14 orang syahid dari kaum Muslimin, sementara 70 orang terbunuh dari kafir Quraisy, termasuk musuh Allah, Abu Jahl bin Hisyam yang dibunuh oleh dua pemida, Mua'dz bin Amr Al-Jamuh dan Mu'awwid bin Afra'. Belum lagi ditambah 70 orang yang menjadi tawanan dan sekian banyak harta rampasan perang.
Kemenangan di Perang Badr pada tahun pertama diwajibkannya shaum Ramadhan dan zakat ini berarti penting bagi kedudukan kaum Muslimin. Kemenangan atas Kafir Quraisy yang telah menyebar ke seluruh jazirah Arab mengokohkan kedudukan kaum Muslimin, menunjukkan kekuatan militer yang dimilikinya. Kemenangan ini menaikkan semangat, moral umat Islam serta membuat beberapa orang yang ragu menjadi mantap berislam, tak sedikit pula yang masuk Islam setelah pertempuran ini. Kemenangan ini juga menjadi peringatan bagi kaum Musyrik, Munafik, dan Yahudi akan kekuatan kaum Muslimin serta adanya pertolongan Allah.
Perang Badr hanya salah satu bentrokan yang terjadi antara umat Muslim dan Musyrikin, ke depannya berbagai pertempuran terjadi sebagai hikmah dan pelajaran bagi umat Muslim.
Referensi: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
----------------
Penulis: Firman Maulana, Semoga Bermanfaat
Inilah dua golongan (golongan Mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar karena Rabb mereka. (Q.S. Al-Hajj: 19)
Perjalanan hidup Rasulullah selama 23 tahun selalu menarik untuk disimak, entah itu pribadi beliau, akhlaknya, atau perjalanan dakwahnya. Perjalanan dakwah beliau pun penuh dengan ujian dan rintangan, utamanya tentu dari kaum Kafir Quraisy. Perlawanan-perlawanan mereka lancarkan sejak dakwah beliau di Makkah, begitu banyak kaum Muslimin yang dianiaya ataupun disiksa oleh mereka. Begitu pula saat kaum Muslimin berhijrah ke Yatsrib yang lalu bernama Madinah, perlawanan Kafir Quraisy pun semakin besar, entah dengan menjalin hubungan dengan bangsa di jazirah Arab lainnya ataupun perlawanan secara langsung di medan perang.
Tercatat beberapa perang kecil dan perang besar mengiringi dakwah Rasulullah, beberapa di antaranya seperti Perang Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq, hingga Perang Mut'ah, belum lagi beberapa perang setelah penaklukan Makkah.
Pada tulisan ini, kami membahas mengenai Perang Badr sebagai perang besar pertama antara kaum Muslimin dan Kafir Quraisy.
Untuk memulainya, ada satu pertanyaan yang mesti dijawab terlebih dahulu, yakni,
"Mengapa Berperang?"
Dalam menyebarkan dakwah sejak di Mekkah bahkan ketika mengislamkan Yatsrib, Rasulullah mendakwahkan Islam dengan cara yang lembut, dengan hikmah, kebijaksanaan, dan pengajaran yang baik. Bahkan tak ada pertumpahan darah sedikitpun pada saat Mush'ab bin Umair dan Abdullah bin Ummi Maktum menjadi duta dakwah ke Yatsrib sebagai persiapan hijrah ke sana.
Selepas hijrah kaum Muslimin ke Yatsrib, perlawanan dan ancaman dari Kafir Quraisy pun cukup keras. Kontak mereka dengan Abdullah bin Ubay bin Salul adalah upaya lain untuk memerangi kaum Muslimin. Mereka menghendaki agar Abdullah bin Ubay memerangi Rasulullah atau mereka senidir yang akan datang dan membunuh penduduk Yatsrib. Abdullah bin Ubay bin Salul sebelumnya akan diangkat sebagai pemimpin Yatsrib sebelum akhirnya gagal karena kedatangan Rasulullah dan para sahabat, hal inilah yang membuat Abdullah bin Ubay memusuhi Rasulullah meskipun tidak terlalu nampak, dia inilah tokoh kaum munafik yang terbesar. Kontak Kafir Quraisy dengan Abdullah bin Ubay hampir membuat ia dan kawan-kawannya memerangi nabi namun urung terjadi setelah Rasulullah menemuinya.
Usaha Kafir Quraisy pun berlanjut, mereka mengirim utusan untuk menyampaikan pesan pernyataan mereka, "Janganlah kalian bangga terlebih dahulu karena kalian bisa meninggalkan kami pergi ke Yatsrib. Kami akan mendatangi kalian, lalu merenggut dan membenamkan kalian di halaman rumah kalian."
Ancaman ini diyakini Rasulullah tak hanya sekedar ucapan, namun siap untuk melancarkan serangan. Seperti yang diriwayatkan Ubay bin Ka'b, "Tatkala Rasulullah dan para sahabatnya tiba di Madinah, lalu dilindungi Anshar, maka seluruh bangsa Arab sepakat untuk melontarkan satu anak panah kepada mereka. Tidak pagi tidak sore hari, mereka selalu siap dengan senjatanya."
Maka atas ancaman-ancaman yang dapat berpengaruh pada eksistensi umat Muslim di Madinah, Allah mengizinkan orang-orang Muslim untuk berperang, namun belum bersifat wajib, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Hajj ayat 39,
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.
Maka jelaslah mengapa jalur perang ini diambil karena untuk menjaga eksistensi kaum Muslimin yang telah hijrah ke Madinah.
Lalu sebagai jawaban atas ancaman Kafir Quraisy, maka umat Muslim hendak menunjukkan kekuasaan terhadap jalur dagang Quraisy yang mengambil rute Makkah ke Syam. Ada dua usaha yang dilakukan, yakni:
- Mengadakan perjanjian kerja sama atau tidak saling menyerang dengan beberapa kabilah yang berdekatan dengan jalur ini atau menjadi penghalang antara rute tersebut dan Madinah.
- Mengirim beberapa kelompok utusan secara terus-menerus dan bergiliran ke jalur perdagangan ini.
Selepas pengiriman satuan yang kedelapan, turunlah beberapa ayat yang mengharuskan berperang dengan kafir Quraisy, yakni Surat Al-Baqarah ayat 190-193, Surat Muhammad ayat 4-7 serta ayat 20. Satuan kedelapan ini menjadi satuan terakhir sebelum terjadinya Perang Badr.
Latar Belakang Perang Badr
Selepas pengiriman beberapa satuan seperti yang telah disebutkan, maka tibalah saat kafilah dagang Quraisy kembali dari Syam. Penyelidikan dari Thalhah bin Ubaidilillah dan Sa'id bin Zaid di Al-Haura di bagian utara menyebutkan kafilah dagang mereka membawa 1.000 unta dan harta benda milik mereka senilai 5.000 dinar emas (bila dirupiahkan bisa sampai milyaran rupiah) sementara yang mengawalnya tidak lebih dari 40 orang.
Hal ini menjadi kesempatan untuk memukul kafir Quraisy, baik secara politik, ekonomi, ataupun militer. Maka Rasulullah bersama pasukan berangkat untuk menghadang kafilah dagang ini. Pada waktu ini Rasulullah tidak mewajibkan semua untuk ikut karena tidak akan terjadi bentrokan, dan memang bentrokan baru terjadi di Badr. Karenanya ada bebeapa sahabat yang tidak ikut serta dalam pasukan ini.
Kekuatan Pasukan Muslimin
Rasulullah berangkat dengan membawa 313-317 orang, terdiri dari 82-86 Muhajirin, dan 231 Anshar yang terdiri dari 61 suku Aus dan 170 suku Khazraj. Pasukan ini pun hanya membawa dua kuda yang masing-masing ditunggangi oleh Zubair bin Awwam dan Al-Miqdad bin Al-Aswad Al-Kindy atau dikenal pula sebagai Al-Miqdad bin Amr. Untanya pun berjumlah 70 ekor saja dengan setiap unta ditunggangi dua hingga tiga orang.
Sementara Rasulullah berangkat, maka Ibnu Ummi Maktum menjadi wakil beliau di Madinah yang kemudian digantikan oleh Abu Lubabah bin Abdul-Mundzir. Adapun pembagian komando pasukan sebagai berikut:
- Muhajirin yang benderanya dipegang oleh Ali bin Abi Thalib.
- Anshar yang benderanya dipegang Sa'd bin Mu'adz.
- Front kanan oleh Zubair bin Awwam
- Front kiri oleh Al-Miqdad bin Amr.
- Pertahanan belakang oleh Qais bin Sha'sha'ah
- Komando tertinggi berbendera putih diserahkan pada Mush'ab bin Umair.
Kekuatan Pasukan Kafir Quraisy
Mengetahui bahwa Rasulullah berangkat bersama pasukannya, maka Abu Sufyan bin Harb sebagai pemimpin kafilah dagang Quraisy mengirim utusan untuk meminta pertolongan pada Quraisy yang di Mekkah. Mendengar hal ini maka kafir Quraisy berangkat dengan kekuatan 1.300 orang dengan seratus kuda, enam ratus baju besi dan unta yang sangat banyak yang tidak diketahui jumlahnya. Semua pembesar Quraisy ikut kecuali Abu Lahab yang hanya mengirimkan wakilnya saja. Komando tertinggi mereka berada di tangan Abu Jahl bin Hisyam. Mereka berangkat dengan keangkuhan sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat Al-Anfal ayat 47,
,,,,dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.Di tengah perjalanan mereka ke Badr, mereka mendapati kabar bahwa kafilah dagang mereka dapat meloloskan diri. Hal ini membuat kebimbangan dalam diri mereka, hingga akhirnya 300 orang dari Bani Zuhrah yang dipimpin Al-Akhnas bin Syariq menarik diri dari pasukan. Maka tersisa 1.000 dari pasukan kafir Quraisy yang berangkat ke Badr. Rasa murka dan dengki pada Rasulullah dan para sahabat membuat mereka meneruskan pergi ke Badr untuk melakukan pertempuran.
Pertempuran dan Bantuan Allah
Setelah malam sebelumnya diguyur hujan yang menguatkan hati dan meneguhkan langkah kaum Muslimin, akhirnya pada Jumat, 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah, pertempuran antara dua pasukan ini pun pecah.
Berdoalah Rasulullah pada pagi hari itu,
Ya Allah, ini Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya, yang memusuhi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, yang kuharapkan adalah pertolongan-Mu seperti yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini!Di sisi lain, musuh Allah, Abu Jahl bin Hisyam pun mengharapkan kemenangan seraya berkata, "Ya Allah, apakah kami harus memutuskan tali kekerabatan dan menanggung akibat yang belum kami ketahui secara pasti? Maka hancurkanlah dia pagi ini. Ya Allah, siapakah yang lebih Engkau cintai dan lebih Engkau ridhai di sisi-Mu, maka berilah ia kemenangan pada hari ini."
Perkataan ini pun dijawab oleh Allah dalam Surat Al-Anfal ayat 19.
Pertempuran pecah dengan dimulai duel antara Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah bin Abdul Muthalib, serta Ali bin Abi Thalib di pasukan muslimin, sementara Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan Al-Walid bin Utbah di pasukan kafir Quraisy. Ketiga orang ini terbunuh dan memberikan pukulan telak pada kafir Quraisy, karena tiga komandan mereka gugur sekaligus.
Pertempuran berlangsung hingga akhirnya Allah menurunkan bantuan dengan mengirimkan para malaikat secara bergelombang (lihat Al-Anfal ayat 9). Jibril pun turun dengan menunggangi Haizum (atau Jaizum), kudanya. Kaum Muslimin melancarkan serangan balik seraya Rasulullah memompa semangat dengan bersabda, "Demi diri Muhammad yang ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang di antara mereka berperang pada hari ini, berperang dengan sabar, mengharap keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, melainkan Allah memasukkannya ke dalam Surga. Bangkitlah menuju Surga, yang luasnya seluas langit dan bumi!"
Perang pun terus berlangsung hingga akhirnya kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran. Tercatat 14 orang syahid dari kaum Muslimin, sementara 70 orang terbunuh dari kafir Quraisy, termasuk musuh Allah, Abu Jahl bin Hisyam yang dibunuh oleh dua pemida, Mua'dz bin Amr Al-Jamuh dan Mu'awwid bin Afra'. Belum lagi ditambah 70 orang yang menjadi tawanan dan sekian banyak harta rampasan perang.
Kemenangan di Perang Badr pada tahun pertama diwajibkannya shaum Ramadhan dan zakat ini berarti penting bagi kedudukan kaum Muslimin. Kemenangan atas Kafir Quraisy yang telah menyebar ke seluruh jazirah Arab mengokohkan kedudukan kaum Muslimin, menunjukkan kekuatan militer yang dimilikinya. Kemenangan ini menaikkan semangat, moral umat Islam serta membuat beberapa orang yang ragu menjadi mantap berislam, tak sedikit pula yang masuk Islam setelah pertempuran ini. Kemenangan ini juga menjadi peringatan bagi kaum Musyrik, Munafik, dan Yahudi akan kekuatan kaum Muslimin serta adanya pertolongan Allah.
Perang Badr hanya salah satu bentrokan yang terjadi antara umat Muslim dan Musyrikin, ke depannya berbagai pertempuran terjadi sebagai hikmah dan pelajaran bagi umat Muslim.
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Q.S. Al-Qamar: 45).
Referensi: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
----------------
Penulis: Firman Maulana, Semoga Bermanfaat
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas