بسم الله الرØمن الرØيم
Pada suatu masa Napoleon bertanya kepada Laplace, seorang matematikawan besar Prancis tentang siapakah Pengarang alam semesta yang ajaib ini dan kenapa peran Tuhan yang tidak disinggung dalam karyanya. Laplace menjawab, “Saya tidak membutuhkan hipotesis itu, peran Tuhan tidak diperlukan dalam keteraturan alam raya ini.”
Lalu bila kita bergerak mundur kembali kemasa dua orang yang ternama yaitu Copernicus yang melempar gagasan tentang Heliosentris pada abad ke-16 dalam karya tulisnya “On the Revolutions of the Heavenly Spheres”, dan tidak jauh setelah itu munculah Galileo Galilei yang memiliki kesepahaman terhadap teori Copernicus, Galileo Galilei menuliskan dukungannya tersebut melalui karya tulis ilmiahnya “Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo” (Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia). Namun pihak gereja Katolik memberikan kutukan kepada mereka berdua hanya karena apa yang mereka cetuskan berbeda dengan diajarkan gereja Katolik, mereka meyakini bahwa Geosentris-lah yang benar dan hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan gereja Katolik akan diberikan hukuman berat. Saat itu mengaitkan sains dengan Tuhan dan agama dianggap sebagai gagasan absurd dan sia-sia.
Imbas dari hal tersebut berdampak kepada cara pandang dunia Barat, bagi mereka mengaitkan sains dengan Tuhan dan agama dipandang sebagai hal yang tak biasa. Sebab, agama dipandang bukan sumber ilmu. Agama dianggap kumpulan dogma yang tidak ilmiah karena tidak bersifat empiris dan rasional. Agama bukan ilmu.
Namun pemikiran tersebut dapat terbantahkan oleh agama Islam, bahwa Tuhan selalu terlibat dalam urusan sains. Agama islam tidak pernah bertentangan dengan sains yang berkaitan dengan fenomena alam yang terjadi dimuka bumi. Hal ini yang menyebabkan bahwa Islam adalah agama yang paling logis.
Semua tercipta bukan dengan kebetulan namun serbatepat. Tentu hal ini tidak bisa dijawab oleh manusia manapun, Kenapa segala sesuatu itu muncul dan segalanya begitu teratur. Karena diluar kemampuan logika manusia maka manusia mulai memahami eksistensi Tuhan.
Serbatepat itu seperti apa? Misalnya kita memperhatikan tiga jenis gaya fisika dasar yang diatur dengan tepat: elektromagnetisme, gravitasi, gaya nuklir (kuat/lemah). Setiap objek di alam semesta dipengaruhi oleh gaya-gaya tersebut. Ketiga gaya ini diatur secara tepat dan seimbang sehingga perubahan sekecil apa pun akan melenyapkan semua kehidupan di alam semesta.
Al-Qur’an berisikan petunjuk dan penjelasan mengenai fenomena alam yang terjadi dan tidak bertentangan dengan sains. Fakta ilmiah dalam Al-Qur’an telah terbukti kebenarannya yang banyak ditemukan oleh para ilmuwan. Namun tidak heran juga bila banyak orang non-Islam mengatakan bahwa Al-Qur’an itu tidak logis dan merupakan buatan seorang manusia.
Al-Qur’an turun berabad-abad yang lalu (sekitar abad ke 6 – 7 M) ketika orang-orang masih menganggap bahwa bumi itu datar dan bila kita terus berjalan ke timur maka akan menemukan ujung dunia bila jatuh tak berujung, orang-orang pun menggunakan bintang sebagai petunjuk jalan di malam hari dan adapula yang berfikiran bahwa bumi sebagai pusat tatasurya (Geosentris), kucing hitam sebagai jelmaan seorang penyihir dan sebagainya.
Namun Al-Qur’an memberikan petunjuk mengenai penciptaan alam semesta, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya …” (Q.S 21:30), lalu mengenai semesta berekspansi dan berkontraksi, “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (Q.S 51:47), kemudian tentang supernova, “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak” (Q.S 55:37),
Lebih jauh lagi, bahkan tentang orbital planet, “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan” (Q.S 51:7), "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya" (Q.S 21:33), serta “dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Q.S 36:38), hingga bulan memantulkan cahaya, “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan …” (Q.S 10:5).
Kemajuan ilmu astronomi modern dimulai dengan penemuan teleskop Hubble pada abad ke-20. Namun bagaimana mungkin seseorang yang hidup pada abad 6 – 7 M dapat menuliskan dan melakukan penelitian mengenai Big Bang, supernova, orbital, teori Oscillating, tanpa teknologi sebaik abad ke-21. Sedangkan pada masa itu orang-orang masih meyakini bahwa bumi itu datar. Tidak hanya mengenai alam semesta, namun Al-Qur’an pun memberikan petunjuk mengenai atmosfer dimana langit terdiri dari tujuh lapisan yang melindungi bumi. “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit …” (Q.S 2:29), "Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda kekuasaan Allah ..." (Q.S 21:32), “Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh” (Q.S 78:12), Al-Qur’an pun berbicara mengenai mekanisme hujan, “Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan, dan Allah membentangkannya di langit, menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, …” (Q.S 30:48), “Tidakkah kamu melihat, bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, …" (Q.S 24:43),
Lalu proses penciptaan manusia, “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S 23:13-14), “Dia telah menciptakan manusia, dengan segumpal darah” (Q.S 96:2), dan masih banyak lagi.
“Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)” (Q.S Qaf :5 – 8).
Sekian dulu dari tulisan ini InsyaAllah bersambung, Semoga Bermanfaat,
[tab] [content title="Tentang Penulis"] Hasya Syarif
Writer Semoga Bermanfaat [/content] [content title="Tulisan Lain Dari Hasya Syarif"]
Supernova (sumber: wikipedia.org) |
Lalu bila kita bergerak mundur kembali kemasa dua orang yang ternama yaitu Copernicus yang melempar gagasan tentang Heliosentris pada abad ke-16 dalam karya tulisnya “On the Revolutions of the Heavenly Spheres”, dan tidak jauh setelah itu munculah Galileo Galilei yang memiliki kesepahaman terhadap teori Copernicus, Galileo Galilei menuliskan dukungannya tersebut melalui karya tulis ilmiahnya “Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo” (Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia). Namun pihak gereja Katolik memberikan kutukan kepada mereka berdua hanya karena apa yang mereka cetuskan berbeda dengan diajarkan gereja Katolik, mereka meyakini bahwa Geosentris-lah yang benar dan hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan gereja Katolik akan diberikan hukuman berat. Saat itu mengaitkan sains dengan Tuhan dan agama dianggap sebagai gagasan absurd dan sia-sia.
Galileo Galilei (sumber: wikipedia.org) |
Imbas dari hal tersebut berdampak kepada cara pandang dunia Barat, bagi mereka mengaitkan sains dengan Tuhan dan agama dipandang sebagai hal yang tak biasa. Sebab, agama dipandang bukan sumber ilmu. Agama dianggap kumpulan dogma yang tidak ilmiah karena tidak bersifat empiris dan rasional. Agama bukan ilmu.
Namun pemikiran tersebut dapat terbantahkan oleh agama Islam, bahwa Tuhan selalu terlibat dalam urusan sains. Agama islam tidak pernah bertentangan dengan sains yang berkaitan dengan fenomena alam yang terjadi dimuka bumi. Hal ini yang menyebabkan bahwa Islam adalah agama yang paling logis.
Semua tercipta bukan dengan kebetulan namun serbatepat. Tentu hal ini tidak bisa dijawab oleh manusia manapun, Kenapa segala sesuatu itu muncul dan segalanya begitu teratur. Karena diluar kemampuan logika manusia maka manusia mulai memahami eksistensi Tuhan.
Serbatepat itu seperti apa? Misalnya kita memperhatikan tiga jenis gaya fisika dasar yang diatur dengan tepat: elektromagnetisme, gravitasi, gaya nuklir (kuat/lemah). Setiap objek di alam semesta dipengaruhi oleh gaya-gaya tersebut. Ketiga gaya ini diatur secara tepat dan seimbang sehingga perubahan sekecil apa pun akan melenyapkan semua kehidupan di alam semesta.
Al-Qur’an berisikan petunjuk dan penjelasan mengenai fenomena alam yang terjadi dan tidak bertentangan dengan sains. Fakta ilmiah dalam Al-Qur’an telah terbukti kebenarannya yang banyak ditemukan oleh para ilmuwan. Namun tidak heran juga bila banyak orang non-Islam mengatakan bahwa Al-Qur’an itu tidak logis dan merupakan buatan seorang manusia.
Al-Qur’an turun berabad-abad yang lalu (sekitar abad ke 6 – 7 M) ketika orang-orang masih menganggap bahwa bumi itu datar dan bila kita terus berjalan ke timur maka akan menemukan ujung dunia bila jatuh tak berujung, orang-orang pun menggunakan bintang sebagai petunjuk jalan di malam hari dan adapula yang berfikiran bahwa bumi sebagai pusat tatasurya (Geosentris), kucing hitam sebagai jelmaan seorang penyihir dan sebagainya.
Namun Al-Qur’an memberikan petunjuk mengenai penciptaan alam semesta, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya …” (Q.S 21:30), lalu mengenai semesta berekspansi dan berkontraksi, “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (Q.S 51:47), kemudian tentang supernova, “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak” (Q.S 55:37),
Lebih jauh lagi, bahkan tentang orbital planet, “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan” (Q.S 51:7), "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya" (Q.S 21:33), serta “dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (Q.S 36:38), hingga bulan memantulkan cahaya, “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan …” (Q.S 10:5).
Teleskop Hubble (sumber: wikipedia.org) |
Kemajuan ilmu astronomi modern dimulai dengan penemuan teleskop Hubble pada abad ke-20. Namun bagaimana mungkin seseorang yang hidup pada abad 6 – 7 M dapat menuliskan dan melakukan penelitian mengenai Big Bang, supernova, orbital, teori Oscillating, tanpa teknologi sebaik abad ke-21. Sedangkan pada masa itu orang-orang masih meyakini bahwa bumi itu datar. Tidak hanya mengenai alam semesta, namun Al-Qur’an pun memberikan petunjuk mengenai atmosfer dimana langit terdiri dari tujuh lapisan yang melindungi bumi. “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit …” (Q.S 2:29), "Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda kekuasaan Allah ..." (Q.S 21:32), “Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh” (Q.S 78:12), Al-Qur’an pun berbicara mengenai mekanisme hujan, “Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan, dan Allah membentangkannya di langit, menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, …” (Q.S 30:48), “Tidakkah kamu melihat, bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, …" (Q.S 24:43),
Lalu proses penciptaan manusia, “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S 23:13-14), “Dia telah menciptakan manusia, dengan segumpal darah” (Q.S 96:2), dan masih banyak lagi.
“Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)” (Q.S Qaf :5 – 8).
Sekian dulu dari tulisan ini InsyaAllah bersambung, Semoga Bermanfaat,
[tab] [content title="Tentang Penulis"] Hasya Syarif
Writer Semoga Bermanfaat [/content] [content title="Tulisan Lain Dari Hasya Syarif"]
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas