بسم الله الرØمن الرØيم
Madinah, kota yang awalnya hanya merupakan kota jalur perdagangan mengalami perubahan ketika cahaya Islam datang. Madinah, ia menjadi sentral Islam, pusat pemerintahan Islam dan penyebaran ke berbagai penjuru Arab pada masa itu.
Semua berawal dari kedatangan enam orang pemuda Yatsrib ke Makkah untuk berhaji pada tahun kesebelas Nubuwwah (diangkatnya Muhammad menjadi Nabi dan Rasul), lalu Rasulullah bertemu dengan mereka saat melewati Aqabah di Mina. Maka beliau berbincang dengan mereka dan akhirnya mereka memeluk Islam. Sekembalinya ke Yatsrib, mereka membawa risalah Islam dan menyebarkannya pada kaumnya. Lalu pada musim haji berikutnya, dua belas orang dari Yatsrib datang ke Makkah, lima di antaranya adalah mereka yang telah bertemu Rasulullah pada musim haji sebelumnya. Mereka bertemu di Aqabah di Mina, maka terjadilah peristiwa yang dikenal sebagai Baiat Aqabah yang pertama.
Maka inilah baiatnya seperti yang diriwayatkan Al-Bukhary dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Kemarilah dan berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak mendurhakaiku dalam urusan yang baik. Barangsiapa di antara kalian menepatinya, maka pahalanya ada pada Allah. Barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di dunia, maka itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki Dia menyiksanya dan jika menghendaki Dia akan mengampuninya". Lalu aku (Ubadah bin Ash-Shamit) pun berbaiat kepada beliau.
Setelah peristiwa ini, beliau mengirimkan Duta Islam yang pertama ke Yatsrib, dia adalah Mush'ab bin Umair Al-Abdary, seorang pemuda yang tampan, pandai, dan sangat dikenal di Makkah. Mush'ab berangkat bersama mereka. Hasilnya memuaskan, bersama As'ad bin Zurarah ia menyebarkan Islam di Yatsrib. Boleh dibilang bahwa mereka mengondisikan Yatsrib sebelum hijrahnya kaum Muslimin ke sana.
Hingga akhirnya setelah Yatsrib telah terkondisikan, kaum Muslimin hijrah ke sana. Hijrah dengan mengorbankan segala hal yang telah mereka punya di Makkah, mengorbankan untuk pergi dari kampung halaman mereka. Maka inilah pengorbanan yang menjadi tonggak sejarah kebangkitan Islam, karena hijrah ke Yatsrib -yang kemudian menjadi Madinah- menjadi keberhasilan yang besar bagi Islam. Di Madinah lah kaum Muslimin dapat hidup tenang, dan Madinah lah yang menjadi pusat Islam masa itu.
Masjid Nabawy, langkah awal yang Rasulullah lakukan setelah sampai di Madinah. Masjid Nabawy, ia tak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat pembelajaran Islam, pusat pertemuan dan madrasah bagi kaum Muslimin. Masjid Nabawy juga menjadi tempat mengatur segala urusan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan. Maka inilah fungsi masjid, tak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga berbagai urusan lainnya untuk kemaslahatan ummat.
Di Madinah inilah kita juga tahu tentang contoh ukhuwah, saat Rasulullah mempersaudarakan antara Muhajirin Makkah dan Anshar Madinah. Persaudaraan ini begitu lekat, kaum Anshar bahkan rela membagi harta serta rumah mereka. Mereka juga mendahulukan kepentingan saudaranya ini sebelum kepentingan mereka, saling mengasihi dan memberikan pertolongan, persaudaraan ini memberikan warna di masyarakat yang baru dibangun ini.
Terkenallah kisah Abdurrahman bin 'Auf dan Sa'd bin Ar-Rabi', keduanya dipersaudarakan oleh Rasulullah.
Suatu kali Sa'd berkata pada Abdurrahman, "Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku menjadi dua. Aku juga mempunya dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka nikahilah ia!"
Namun apa jawaban Abdurrahman tentang tawaran saudaranya ini?
Abdurrahman berkata, "Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Lebih baik tunjukkan saja mana pasar kalian?"
Maka orang-orang pun menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Tak lama, ia sudah mendapatkan sejumlah samin dan keju.
Ini adalah salah satu contoh kecil dalam Ukhuwah Islamiyah yang terjadi di Madinah, tentunya lebih banyak lagi contoh yang membuat kita terkagum dengannya.
Selain itu, Rasulullah membuat perjanjian dengan penduduk Madinah yang Muslim, lalu beliau juga membuat piagam perjanjian dengan pihak Yahudi Madinah. Beliau menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, tidak boleh saling menyerang dan memusuhi.
Dengan perjanjian ini, maka Rasulullah menegaskan Islam di Madinah. Madinah pun menjadi satu negeri yang makmur dan menjadi ibukota Islam.
Madinah, di sinilah Islam menyebarkan ajarannya ke jazirah Arab. Dimulai dari penyebaran ke kabilah-kabilah terdekat maupun nantinya ke berbagai Raja dan penguasa suatu daerah.
Dalam perjalanan kehidupan di Madinah, tercatat beberapa peperangan yang mesti dilalui Ummat Islam pada masa itu, di antaranya adalah Perang Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq/Ahzab, Perang Mu'tah dan perang-perang lainnya seperti Perang Bani Quraizhah, Perang Banu Mushtaliq dan lain sebagainya. Semua peperangan ini mesti dilalui kaum Muslimin sebagai langkah dalam mempertahankan Islam dan menegaskan posisi serta pamor Islam di jazirah Arab.
Madinah, kota yang awalnya hanya merupakan kota jalur perdagangan mengalami perubahan ketika cahaya Islam datang. Madinah, ia menjadi sentral Islam, pusat pemerintahan Islam dan penyebaran ke berbagai penjuru Arab pada masa itu.
Semua berawal dari kedatangan enam orang pemuda Yatsrib ke Makkah untuk berhaji pada tahun kesebelas Nubuwwah (diangkatnya Muhammad menjadi Nabi dan Rasul), lalu Rasulullah bertemu dengan mereka saat melewati Aqabah di Mina. Maka beliau berbincang dengan mereka dan akhirnya mereka memeluk Islam. Sekembalinya ke Yatsrib, mereka membawa risalah Islam dan menyebarkannya pada kaumnya. Lalu pada musim haji berikutnya, dua belas orang dari Yatsrib datang ke Makkah, lima di antaranya adalah mereka yang telah bertemu Rasulullah pada musim haji sebelumnya. Mereka bertemu di Aqabah di Mina, maka terjadilah peristiwa yang dikenal sebagai Baiat Aqabah yang pertama.
Maka inilah baiatnya seperti yang diriwayatkan Al-Bukhary dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Kemarilah dan berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak mendurhakaiku dalam urusan yang baik. Barangsiapa di antara kalian menepatinya, maka pahalanya ada pada Allah. Barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di dunia, maka itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki Dia menyiksanya dan jika menghendaki Dia akan mengampuninya". Lalu aku (Ubadah bin Ash-Shamit) pun berbaiat kepada beliau.
Setelah peristiwa ini, beliau mengirimkan Duta Islam yang pertama ke Yatsrib, dia adalah Mush'ab bin Umair Al-Abdary, seorang pemuda yang tampan, pandai, dan sangat dikenal di Makkah. Mush'ab berangkat bersama mereka. Hasilnya memuaskan, bersama As'ad bin Zurarah ia menyebarkan Islam di Yatsrib. Boleh dibilang bahwa mereka mengondisikan Yatsrib sebelum hijrahnya kaum Muslimin ke sana.
Hingga akhirnya setelah Yatsrib telah terkondisikan, kaum Muslimin hijrah ke sana. Hijrah dengan mengorbankan segala hal yang telah mereka punya di Makkah, mengorbankan untuk pergi dari kampung halaman mereka. Maka inilah pengorbanan yang menjadi tonggak sejarah kebangkitan Islam, karena hijrah ke Yatsrib -yang kemudian menjadi Madinah- menjadi keberhasilan yang besar bagi Islam. Di Madinah lah kaum Muslimin dapat hidup tenang, dan Madinah lah yang menjadi pusat Islam masa itu.
Masjid Nabawy, langkah awal yang Rasulullah lakukan setelah sampai di Madinah. Masjid Nabawy, ia tak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat pembelajaran Islam, pusat pertemuan dan madrasah bagi kaum Muslimin. Masjid Nabawy juga menjadi tempat mengatur segala urusan sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan. Maka inilah fungsi masjid, tak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga berbagai urusan lainnya untuk kemaslahatan ummat.
Di Madinah inilah kita juga tahu tentang contoh ukhuwah, saat Rasulullah mempersaudarakan antara Muhajirin Makkah dan Anshar Madinah. Persaudaraan ini begitu lekat, kaum Anshar bahkan rela membagi harta serta rumah mereka. Mereka juga mendahulukan kepentingan saudaranya ini sebelum kepentingan mereka, saling mengasihi dan memberikan pertolongan, persaudaraan ini memberikan warna di masyarakat yang baru dibangun ini.
Terkenallah kisah Abdurrahman bin 'Auf dan Sa'd bin Ar-Rabi', keduanya dipersaudarakan oleh Rasulullah.
Suatu kali Sa'd berkata pada Abdurrahman, "Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku menjadi dua. Aku juga mempunya dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka nikahilah ia!"
Namun apa jawaban Abdurrahman tentang tawaran saudaranya ini?
Abdurrahman berkata, "Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Lebih baik tunjukkan saja mana pasar kalian?"
Maka orang-orang pun menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Tak lama, ia sudah mendapatkan sejumlah samin dan keju.
Ini adalah salah satu contoh kecil dalam Ukhuwah Islamiyah yang terjadi di Madinah, tentunya lebih banyak lagi contoh yang membuat kita terkagum dengannya.
Selain itu, Rasulullah membuat perjanjian dengan penduduk Madinah yang Muslim, lalu beliau juga membuat piagam perjanjian dengan pihak Yahudi Madinah. Beliau menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, tidak boleh saling menyerang dan memusuhi.
Dengan perjanjian ini, maka Rasulullah menegaskan Islam di Madinah. Madinah pun menjadi satu negeri yang makmur dan menjadi ibukota Islam.
***
Madinah, di sinilah Islam menyebarkan ajarannya ke jazirah Arab. Dimulai dari penyebaran ke kabilah-kabilah terdekat maupun nantinya ke berbagai Raja dan penguasa suatu daerah.
Dalam perjalanan kehidupan di Madinah, tercatat beberapa peperangan yang mesti dilalui Ummat Islam pada masa itu, di antaranya adalah Perang Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq/Ahzab, Perang Mu'tah dan perang-perang lainnya seperti Perang Bani Quraizhah, Perang Banu Mushtaliq dan lain sebagainya. Semua peperangan ini mesti dilalui kaum Muslimin sebagai langkah dalam mempertahankan Islam dan menegaskan posisi serta pamor Islam di jazirah Arab.
***
Madinah menjadi keberhasilan yang amat besar dalam perjalanan Islam, meski kehidupan Rasulullah di Madinah tak selama di Makkah, yakni sepuluh tahun atau tiga tahun, namun bisa dibilang Madinah lebih produktif. Hijrahnya Rasulullah dan kaum Muhajirin merupakan nikmat terbesar bagi orang-orang Madinah, karena cahaya Islam yang dibawa Rasulullah menyebar dan masuk pada sanubari mereka.
Kini, Madinah tetaplah dan akan terus menjadi satu dari dua kota suci. Di dalamnya terdapat Masjid Nabawy yang merupakan satu dari tiga masjid besar Islam.
Madinah yang secara tata letak kota lebih rapi dari Makkah begitu menyejukkan. Tak berbeda jauh dari Makkah, Madinah pun memilik sejarah panjang dan tempat-tempat yang bersejarah selama kehidupan Rasulullah dan para Sahabat di sana. Tempat-tempat tersebut menjadi pengingat kita akan perjuangan Rasulullah dan para Sahabat. Semoga ia juga memberikan semangat dan kekuatan pada kita untuk meneruskan risalah Islam yang beliau bawa.
Masjid Nabawy pun kini semakin luas, Ummat Islam pun ramai pergi ke sana, berdesak-desakkan mereka untuk masuk ke Raudhah, yang merupakan satu taman di antara taman-taman Surga. Masjid Nabawy, yang ramai akan majelis-majelis ilmu, yang semarak akan shalawat yang diucapkan, yang di dalamnya orang-orang yang bershaum pun dijamu saat berbuka pada setiap Senin dan Kamis.
Masjid Nabawy, sebuah masjid yang menjadi cahaya Madinah, cahaya bagi Ummat Islam.
Semoga Allah izinkan kita untuk pergi ke sana, beribadah di dalamnya dan Allah kabulkan doa kita serta mengampuni kita.
Demikian. Wa Allahu'alam.
"Maka bergemuruhlah Makkah oleh talbiyah
saat Madinah syahdu dengan alunan shalawat.
Maka khusyu'lah Makkah dengan Thawaf dan Sa'i
Maka khusyu'lah Makkah dengan Thawaf dan Sa'i
kala Madinah ramai dengan majelis-majelis ilmu.
Maka keduanya teduh dengan shalat dan tilawah Quran.
Lalu terucaplah doa diiringi tangis, di hadapan Ka'bah dan di dalam Raudhah.
Subhanallah! Alhamdulillah! Laa ilaa ha IllaLlah! Allahu Akbar!
Lalu terucaplah doa diiringi tangis, di hadapan Ka'bah dan di dalam Raudhah.
Subhanallah! Alhamdulillah! Laa ilaa ha IllaLlah! Allahu Akbar!
Maka berdoalah kita, semoga Allah kumpulkan kita di Haramain dan Surga-Nya kelak.
Aamiin, perkenankanlah doa kami ini Ya Allah."
***
Firman Maulana, di suatu Dhuha di beberapa hari menjelang Ramadhan 1434.
Kebenaran hanyalah dari Allah, semoga yang tertulis di sini memberikan kebaikan dan kebermanfaatan. Aamiin.
No comments:
Silakan berkomentar, gunakanlah bahasa yang santun dan sopan serta sesuai dengan tulisan di atas